'Messi' Indonesia Tunggu Keajaiban untuk Mentas di Eropa

Pesepakbola cilik Indonesia, Tristan Alif Naufal
Sumber :
  • Dokumen pribadi

VIVA.co.id - Kegundahan tengah menyelimuti pesepakbola cilik Indonesia, Tristan Alif Naufal. Alif terancam tak bisa mewujudkan mimpinya untuk meniti karir di Eropa.

Alif adalah salah satu bakat muda Indonesia yang mampu menarik perhatian beberapa klub Eropa. Saat ini, Alif tengah ditaksir oleh dua klub terbaik Belanda, Ajax Amsterdam dan Feyenoord Rotterdam.

Di 2014 lalu, Alif sempat berlatih di akademi Ajax dan Feyenoord. Hasilnya sungguh memuaskan. Alif dinyatakan bisa bergabung ke dua akademi tersebut tanpa harus tes.

Tim pelatih Ajax dan Feyenoord menilai kemampuan Alif berada di atas rata-rata. Bukti sahihnya adalah ketika dia berhasil merebut tiga gelar sekaligus, Most Valuable Player di Ajax Internasional Camp 2014, Best Player pada 1V1 category, dan Coerver Netherlands Master Skillz 2014, di festival sepakbola Ajax.

Sayang, harapan Alif untuk menimba ilmu di Belanda terancam berantakan. Hingga sekarang, orang tua Alif belum mendapatkan izin tinggal di Belanda.

Ya, izin tinggal memang menjadi salah satu syarat bocah 10 tahun tersebut untuk bergabung dengan Ajax atau Feyenoord. Sesuai dengan aturan FIFA, pemain di bawah 18 tahun harus ditemani oleh orang tuanya sebelum mentas di level profesional.

Alif sebenarnya diharapkan bisa kembali ke Amsterdam di Maret 2015 nanti. Namun, hingga sekarang belum ada kejelasan mengenai izin tinggal.

Baru-baru ini, VIVA.co.id berhasil mewawancarai Alif dan orang tuanya secara khusus di rumahnya, kawasan Bintaro. Dan hasil wawancara tersebut akan kami tuangkan dalam format tanya jawab seperti ini:

Ayah Alif, Ivan Trianto

-Apa yang sudah Anda lakukan untuk Alif agar bisa bergabung ke akademi Ajax?
Semua mas. Seluruh upaya sudah saya lakukan. Mulai dari mendatangi DPR demi izin tinggal, sempat ke Kemenpora. Lalu, ketika kami di Belanda, permohonan izin tinggal sempat diajukan.

Hasilnya nihil. Sekarang, kami berharap, Menpora baru, pak Imam Nahrawi, bisa bantu kami untuk mewujudkan mimpi Alif bermain di Eropa.

-Berapa biaya yang sudah Anda keluarkan untuk Alif?
Tak saya hitung pastinya. Tapi, yang pasti ratusan juta sampai. Itu bukan uang saya sendiri, tapi ada juga bantuan dari sponsor.

-Sebenarnya, apakah Anda pernah melatih Alif sehingga dia punya skill yang sangat istimewa?
Alif kenal sepakbola itu di usia 4 tahun. Berawal dari saya nonton pertandingan Liverpool tengah malam. Dia cari-cari saya. Lalu, dia tidur di sebelah saya.

Saya pikir dia tidur. Terus, dia bilang 'Abi aku mau seperti itu'. Saya hanya bilang agar dia rajin latihan.

Hingga usia 5 tahun, Alif selalu saya belikan bola. Saya tak melatih dia, maklum cuma suporter.

Tapi, Alif latihan lewat rekaman-rekaman di youtube. Dia selalu merengek masuk Sekolah Sepakbola, tapi belum bisa karena usianya masih di bawah 7 tahun.

Akhirnya lewat rekaman itu dia berlatih. Hari pertama, saya kasih teknik A. Selanjutnya, hari kedua teknik yang lain, begitu seterusnya.

Usia 6 tahun, Alif masuk SSB. SSI Arsenal adalah SSB pertamanya. Pertama kali saya lihat biayanya, mahal sekali. Saya bingung.

Tapi, ketika itu ada sesi trial. Dan Alif langsung menunjukkan kebolehannya. Pelatih SSI Arsenal terpukau dan bersedia memberi Alif beasiswa.

Alif juga pernah latihan di SSB Liverpool. Sempat juga ditawari gabung ke akademi Liverpool, tapi akhirnya tidak jelas. Selanjutnya, dia masuk Asiop Apacinti.

-Liverpool memang sempat berminat. Tapi, kini Ajax dan Feyenoord yang melakukan pendekatan nyata. Tanggapan Anda?
Ini kesempatan besar. Ajax dan Feyenoord adalah akademi terbaik di Eropa. Ajax dapat gelar akademi terbaik versi FIFA. Sedangkan, Feyenoord punya akademi terbaik versi KNVB.

Tentunya saya berharap sekali Alif bisa gabung ke sana. Pelatih Ajax dan Feyenoord sudah memberikan lampu hijau. Alif bisa gabung tanpa harus tes. Padahal, anak-anak di seluruh dunia harus tes dulu demi gabung ke dua akademi tersebut.

Bayangkan, di masa depan, ada satu atau dua orang di timnas Indonesia yang punya predikat pemain Eropa. Tentu, itu jadi kebanggaan.

-Tapi, sekarang Alif terancam tak bisa bergabung ke Ajax atau Feyenoord karena izin tinggal Anda dan istri belum dikabulkan?
Ya itulah, saya sudah tak tahu lagi harus berbuat apa. Kalau Alif tak bisa gabung juga ke Ajax atau Feyenoord, saya akan suruh dia fokus sekolah saja. Tak usah main di Indonesia.

-Hobi main sepakbola, apakah Alif terganggu pelajaran sekolahnya?
Sebenarnya tidak. Kata gurunya dia termasuk anak yang cerdas. Tapi, memang Alif tak dapat ranking. Banyak bolosnya, mas.

Sepakbola juga pernah buat Alif bandel di sekolah. Itu terjadi waktu kelas 2 SD. Saat itu Alif selalu diajak kakak kelasnya main bola.

Tapi, Alif tak bisa keluar karena bukan jam pelajaran Penjaskes. Akhirnya dia cari akal biar bisa keluar.

Dia bilang ke gurunya kalau mau ke toilet untuk pipis. Begitu terus, hingga akhirnya ketahuan Alif bukannya pipis malah main sepakbola.

Dari situ, saya dipanggil dan diberitahu Alif sering bohong. Sejak kejadian itu, Alif tak pernah diberi izin ke toilet. Kata gurunya tunggu jam istirahat.

Ajax Beri Persembahan Terakhir untuk Johan Cruyff

Tristan Alif

-Alif mau gabung ke Ajax atau Feyenoord?
Ya, mau om. Aku mau main di sana, Ajax atau Feyenoord sama saja. Soalnya teman-temannya baik. Cara mainnya juga bagus.

-Kamu memangnya sudah bisa bahasa Inggris dan bicara sama teman-temanmu di sana?
Bisa sedikit-sedikit. Di rumah kan diajarin, terus aku juga les. Kalau bahasa Belanda aku cuma tahu sedikit.

Lihat temanku dari Belanda ngomong ini, aku perhatikan aja. Terus aku mikir, oh ini toh artinya.

-Ngebet ya main di Belanda? Tidak mau coba di Indonesia?
Aku tidak tahu sepakbola Indonesia, om. Tahunya cuma Evan Dimas sama Andik Vermansah saja.

-Terus, idola kamu siapa? Lionel Messi apa Cristiano Ronaldo?

Bukan. Aku sukanya Steven Gerrard, mainnya bagus. Aku juga suka Liverpool.

Messi sama Ronaldo juga bagus. Tapi, Ronaldo lebih bagus. Dia cepat dan punya banyak trik.

-Pernah ketemu Gerrard?
Pernah waktu Liverpool ke sini. Deg-degan. Sempat ngobrol sebentar. Dia tanya 'Kapan ke Liverpool?'. Aku jawab, tidak tahu.

Ketemu coach Pep Guardiola juga pernah. Deg-degan juga.

-Kamu bisa juggling berapa kali?
Waktu di Ajax sama Feyenoord, aku disuruh juggling 100 kali. Bisa segitu.

-Berapa sih piala yang sudah kamu raih?
Lupa berapa pialanya. Om kalau mau lihat ke kamar Alif saja. Tuh banyak.

Baca juga:

Ajax dan Barca Ingin Pakai Nama Cruyff untuk Nama Stadion

Disanksi FA, Van Gaal Ajukan Banding

Eks Bek Everton Umumkan Pensiun di Usia 32 Tahun

Kapten Liverpool Suka Diolok-olok Fans Everton

Samir Nasri Segera Kembali Beraksi

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya