Mengapa Transfer Matching System Tak Boleh Diumbar ke Publik

Para pemain Persebaya Surabaya pada pertandingan ISL 2014
Sumber :
  • ANTARA/Suryanto
VIVAbola
Bonek 'Sulap' Stadion di Jakarta Bak Markas Sendiri
- Tiga klub Indonesia disanksi oleh FIFA lantaran mengunggah data Transfer Matching System (TMS) di media sosial. Lantas, mengapa TMS menjadi begitu rahasia dan penting?

Wagub DKI: Kalau Bonek Mengganggu, Kami Tindak Tegas

Perlu diketahui, sistem TMS resmi digunakan di sepakbola internasional pada 1 Oktober 2010 silam. Tujuan FIFA menggunakan sistem TMS dalam transfer pemainĀ  untuk menghindari praktik perdagangan manusia.
Polisi Bersenjata Kawal Demo Bonek di Kongres PSSI


Direktur Anggota dan Pengembangan PSSI, Budi Setiawan, menjelaskan di dalam TMS terdapat rincian mengenai riwayat klub pemain. Selain itu, ada juga rincian berapa gaji yang diterima oleh pemain, komisi agen, dan biaya-biaya lainnya.

"TMS memang sangat rahasia. Itu menyangkut kehidupan pribadi pemain. Jadi, memang tak boleh diumbar ke publik," kata Budi di kantor Kemenpora, Jakarta, Kamis 11 Desember 2014.


Budi menjelaskan, PSSI dan AFC secara rutin menggelar workshop terkait TMS. Workshop tersebut hanya boleh dihadiri oleh orang yang ditugasi untuk memegang TMS di masing-masing klub.


"Setiap klub satu orang yang pegang akun dan passwordnya (TMS). Akunnya langsung tersambung ke seluruh dunia. Untuk Asia disediakan langsung oleh AFC dan tersambung ke FIFA. Di workshop, orang PSSI saja tak bisa masuk. Pesertanya cuma orang yang ditugaskan pegang TMS di masing-masing klub," ucap Budi.


"Karena workshop diadakan setiap tahunnya, tak ada alasan bagi klub untuk menghindar. Pelanggaran ini menjadi preseden buruk bagi PSSI," sambung praa berkacamata ini.


TMS merupakan salah satu elemen penting dalam transfer pemain, sebelum federasi mengeluarkan International Transfer Certificate (ITC). Jika ITC tak keluar, maka sang pemain belum diperbolehkan merumput di klub barunya.


"TMS harus diisi dengan benar. Riwayat pemain di klub lama tak boleh ada yang salah. Jika ada yang salah, federasi tak bisa mengeluarkan ITC. TMS itu selaras dengan ITC," tegas Budi.


Satu pemain sebenarnya pernah menjadi korban pelanggaran TMS dan ITC di era IPL. Titus Bonai adalah orangnya.


Saat itu, Tibo berniat pindah ke klub Thailand, BEC Tero Sasana. Ketika itu Tibo masih berstatuskan pemain Persipura Jayapura. Namun, dalam TMS dan ITC, Tibo disebut-sebut berasal dari Persebaya 1927. BEC yang mengetahui hal ini pun urung merekrut Tibo.


Sementara itu, Sekretaris PT Liga Indonesia, Tigor Shalomboboy, meminta kepada setiap klub untuk tertib dalam hal administrasi. Tigor melihat, beberapa klub melakukan kesalahan dalam perekrutan pemain di bursa transfer musim ini.


Musim ini, PT Liga meminta klub-klub untuk tidak melakukan penandatanganan kontrak pemain terlebih dulu. Pasalnya, PT Liga ingin melakukan verifikasi administrasi dan tes fisik kepada setiap pemain asing yang baru merumput.


"Arema Cronus kemarin menggelar perkenalan pemain asing. Pemain itu baru merumput di Indonesia dan hingga sekarang Arema belum melapor ke kami," ungkap Tigor.


"Seharusnya, mereka lapor dulu ke kami. Ada waktu 2 minggu untuk menyerahkan berkas sang pemain. Jika waktu 2 minggu lewat, pemain itu tak bisa berlaga di ISL 2 musim berikutnya. Setelah verifikasi lolos, baru ke tes fisik. Aturannya jangan dibolak-balik karena bisa berdampak pada TMS dan ITC di ke depannya," sambung dia.


Baca juga:

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya