SOROT 508

Selisik Danau Vulkanik

Danau Segara Anak
Sumber :
  • Indonesia Travel

VIVA – Insiden tenggelamnya Kapal Motor (KM) Sinar Bangun di Danau Toba pada 18 Juni 2018 membuat publik seperti mendapatkan pembelajaran kembali tentang danau vulkanik.

Asupan Mineral Pembalap F1 Powerboat Danau Toba 2024 Terjaga

Kedalaman Danau Toba yang diperkirakan mencapai hingga 500 meter menjadi bukti, bahwa selain letusan Gunung Krakatau Purba, yang konon disebut mampu membentuk Selat Sunda yang membelah Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, Indonesia juga pernah mengalami letusan dahsyat yang terjadi pada Gunung Toba.

Letusan dahsyat Gunung Toba yang terjadi pada 74.000 tahun yang lalu itu mampu membuat kaldera yang sangat luas dan masih terus bergerak di masa-masa awal kaldera itu terjadi. Setelah puluhan ribu tahun, kaldera yang terisolasi itu kini membentuk danau. Airnya sangat dalam karena sudah menampung air selama puluhan ribu tahun. 

Tubuh Manusia Tanpa Kepala Ditemukan di Perairan Danau Toba, Polisi Ungkap Fakta Mengejutkan

Sekjen Ikatan Ahli Geologi Indonesia Dwandari Ralanarko menjelaskan, kedalaman air Danau Toba yang mencapai ratusan meter memang berbeda dengan kedalaman Selat Sunda yang hanya berkisar 50 meter.

"Kita akan bicara dimensi waktu. Letusan Gunung Toba purba terjadi 70 ribu tahun yang lalu, sementara letusan Krakatau terjadi pada lima abad yang lalu. Itu sebabnya kedalaman air mereka berbeda," ujar Dwandari kepada VIVA yang mewawancarainya Kamis, 5 Juli 2018. 

F1 Powerboat Danau Toba 2024, Banyak Perputaran Uang dan Tingkatkan Investasi

Sejak masa lalu, Indonesia adalah bagian dari Cincin Api Pasifik, yaitu negara yang memiliki gunung berapi aktif. Hingga 2012, tercatat ada 127 gunung berapi yang masih aktif di Indonesia. 

Gunung Krakatau, Lampung.

Gunung Krakatau yang berada di Lampung. (https://ureport.in)

Sebagai wilayah yang sejak dulu dipenuhi gunung api, maka letusan-letusan gunung api dahsyat di masa lampau pernah terjadi di Indonesia. Letusan-letusan itu meninggalkan kaldera yang karena perjalanan alam akhirnya terbentuk menjadi danau vulkanik, atau danau yang terbentuk karena terjadinya letusan gunung berapi. 

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Sukmandaru Prihatmoko mengatakan, danau vulkanik terbentuk karena letusan gunung api yang membentuk kaldera. "Letusan super besar tersebut mengeluarkan material vulkanik, piroklastik, dari kantong magma yang diikuti dengan runtuhnya morfologi di atasnya membentuk kaldera. 

"Dalam perjalanannya, kaldera kemudian diisi oleh air hujan dan air sungai membentuk danau air tawar," ujarnya. 

Pakar Geologi lainnya, Indyo Pratomo menjelaskan, letusan Gunung Toba juga membentuk danau vulkanik Toba. Namun letusannya berbeda dengan letusan gunung api biasa. Letusan Gunung Toba adalah erupsi super volcano. "Bayangkan, gunung api adalah sebuah kerucut. Kaldera itu terjadi karena erupsi yang mengosongkan dapur magma," tuturnya. 

Kemudian karena kosong, tidak ada daya dukungnya, akhirnya runtuh. "Atap dari dapur magma runtuh. Jadi bukan seluruh dapur magmanya, tapi hanya bagian atap dari dapur magmanya," ujar dia. 

Nah, itulah yang membuat menjadi kaldera. "Seperti kolam besar lah."  

Indyo menambahkan, saat ini kaldera termuda di dunia adalah kaldera dari letusan Gunung Tambora.

Letusan Bisa Sama, Karakteristik Mungkin Berbeda

Meski banyak gunung berapi di Indonesia, ternyata tak serta merta masing-masing kaldera akan membentuk kondisi yang sama. Sukmandaru menjelaskan, karakter danau vulkanik di Indonesia tak selalu sama karena sangat tergantung kondisi geologi lokalnya. 

Ia mengambil contoh kawah Gunung Kelud. Saat Gunung Kelud meletus, danau tersebut mengering. "Kenapa mengering? Karena permukaan danau tersebut tertutup oleh material vulkanik," ujarnya.

Jadi, ujar Sukmandaru, kondisi dan karakteristik danau vulkanik sangat tergantung kondisi geologi lokalnya. 

Rudy Suhendar, kepala Badan Geologi ESDM memberikan contoh lainnya adalah kaldera di Gunung Tangkuban Perahu. "Tangkuban Perahu tidak seperti Danau Toba, karena air masuk ke situ langsung meresap ke bawah. Tapi untuk danau Toba ada beberapa fase dan beda fasenya itu ratusan tahun," ujarnya.

Wisata Tangkuban Perahu

Kawah Ratu yang berada di kawasan Gunung Tangkuban Perahu di Bandung, Jawa Barat. (www.indonesia-explorer.net)

Fase puluhan ribu tahun yang dilalui kaldera Toba akhirnya membentuk Danau Toba dengan kedalaman air yang fantastis. 

Sekjen Ikatan Ahli Geologi Indonesia Dwandari Ralanarko juga menuturkan hal yang sama. Menurutnya, tak semua letusan gunung api akan menghasilkan danau vulkanik seeksotis Danau Toba. 

Meski ada kondisi yang mirip, misalnya dari sifat magma, periode aktif, kemudian ditambah konfigurasi lain yang mendukung misalnya geoformologi bisa saja akan terjadi pola yang sama. Namun, gunung-gunung lain tak memiliki usia letusan yang sepurba Gunung Toba. 

"Artinya dia (Gunung Toba) sempat meletus dahsyat, sempat kosong sampai roboh kubah lavanya jadi kaldera kemudian dia terisi air, kemudian dia ada pengangkatan, segala macamnya, jadi prosesnya panjang," Dwandari menjelaskan. 

Bicara proses geologi itu bukan bicara besok atau tahun depan, tapi bisa ribuan tahun bahkan puluhan ribu tahun akan datang. "Jadi mungkin ada danau vulkanik yang lain akan menjadi seperti Danau Toba, tapi itu tadi, mungkin 30 ribu tahun akan datang atau 50 ribu tahun akan datang, fasenya lama itu," ujarnya menambahkan.

Kondisi Danau Toba sebagai danau vulkanik memang unik. Itu sebabnya pakar Geologi lain Indyo Pratomo sangat mafhum dengan keputusan pemerintah untuk menghentikan proses pencarian dan evakuasi KM Sinar Bangun dan penumpangnya yang tenggelam di Danau Toba. 

Proses vulkanik yang terjadi pada Gunung Toba membuat dasar Danau Toba juga berbeda. Apalagi proses letusannya sudah terjadi sejak 74.000 tahun yang lalu. 

"Dasar Danau Toba jangan diharapkan seperti dasar kolam renang, tidak. Dia bergunung-gunung di bawah itu. Jadi bayangkan, dengan 500 meter kedalaman, mungkin ada tonjolan-tonjolan yang menyulitkan pengangkatan kapal yang tenggelam," ujarnya. 

Mengutip penjelasan Indyo, tinggi tebing dari bibir sampai ke dasar kawah Danau Toba adalah 1,2 kilometer. Lalu, selama puluhan ribu tahun tertimbun dan ada endapan di bawah, dan sekarang tersisa 500 meter. 

Pulau Samosir awalnya adalah dasar Danau Toba. Namun sejak sekitar 30 ribu tahun yang lalu, dasar Danau Toba itu terangkat ke permukaan karena didorong sisa tekanan dari dapur magma. Maka setelah 30 ribu tahun, permukaan danau itu terangkat hingga 700 meter.

Danau Vulkanik di Indonesia

Tak hanya Danau Toba, Indonesia juga memiliki danau vulkanik lain yang tersebar di berbagai wilayah. Di antara danau vulkanik yang masih bisa dinikmati hingga saat ini adalah Danau Patenggang di Jawa Barat.  Danau ini terbentuk dari letusan Gunung Patuha. Luas Danau atau Situ Patenggang ini sekitar 45 ribu hektare, sedangkan kedalaman air di tepian danau hanya berkisar dua hingga lima meter. 

Di Nusa Tenggara Barat ada Danau Segara Anak. Danau ini berlokasi di Desa Sembalun Lawang, Lombok. Danau ini memiliki luas 1.100 hektare dengan kedalaman sekitar 230 meter. Danau Segara Anak terbentuk akibat letusan Gunung Samalas.

Danau Ranau Sumatera Selatan.

Danau Ranau yang berada di di perbatasan Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan. (http://daftarhotelmewah.blogspot.com/)

Di Sumatera Selatan juga ada Danau Ranau. Danau Ranau memiliki luas 125,9 kilometer persegi dengan kedalaman hingga 229 meter. Lokasi danau ini berada di perbatasan antara Sumatera Selatan dan Lampung. 

Selain Sumatera Selatan, danau vulkanik lain adalah Danau Maninjau di Sumatera Barat. Danau ini terletak di Kabupaten Agam. Luasnya mencapai 99,5 km2 dengan kedalaman mencapai 165 meter. 

Di Sulawesi Utara juga ada Danau Tondano yang terbentuk akibat letusan Gunung Kaweng. Luasnya mencapai 42,78 km2 dengan kedalaman mencapai 22 meter. 

Saat ini Danau Tondano menjadi danau yang terluas di Provinsi Sulawesi Utara. Di Nusa Tenggara Timur juga ada danau vulkanik, yaitu Danau Kelimutu. Danau ini memiliki tiga nama, yaitu Tiwi Ata Mbupu, Tiwu Nuwa Muri Koo Fai, dan Tiwi Ata Polo. Masing-masing danau memiliki luas dan kedalaman yang berbeda-beda. 

Danau vulkanik yang indah, sungai besar dan dalam, hingga laut yang membentang memenuhi sekeliling negeri ini. Sebagai negara yang dipenuhi laut, sungai, dan danau, maka kelayakan transportasi air sudah waktunya menjadi perhatian pemerintah. 

Jika perjalanan melalui transportasi sungai dan danau bisa teratasi dengan jaminan keamanan dan keselamatan bagi penggunanya, dengan sendirinya potensi pariwisata akan terbuka. Dan pengguna transportasi air tak perlu lagi merasa sedang bertaruh nyawa ketika berlayar melintasi sungai dan danau. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya