Gejolak Finansial

Likuiditas ADB Juga Seret

VIVAnews - Gejolak finansial di Amerika tidak hanya membuat bank-bank di sana kesulitan likuiditas, Bank Pembangunan Asia (ADB) juga kena imbas. Likuiditasnya ikut-ikutan seret.

Sebetulnya menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto, kesulitan likuiditas yang dialami bank yang berbasis di Filipina itu sudah terjadi sejak awal tahun lalu. "Jadi tidak hanya disebabkan kondisi hari ini," kata Rahmat di Gedung Departemen Keuangan, Jakarta, Rabu 24 September 2008.

Saat itu ADB memberitahukan kepada pemerintah Indoensia bahwa kemampuan pendanaannya akan berkurang karena anggotanya banyak yang mengalami krisis ekonomi sehingga perlu berbagai bantuan. Alokasi bantuan untuk Indonesia menjadi lebih sedikit karena sudah melewati batas anggota negara miskin. "Jadi Indonesia sudah tidak membutuhkan bantuan yang berkategori sangat lunak," katanya.

Selain itu, lembaga keuangan internasional itu juga memerlukan pendanaan untuk dirinya sendiri. Sebab basis pendanaannya tidak sekuat dulu sehingga berpengaruh pada lembaga itu.

Pemerintah Indonesia, kata Rahmat, tidak mempermasalahkanhal itu karena masih ada sumber pendanaan lain secara bilateral, seperti yang baru saja dilakukan Agende Francaise de Developpement (AFD) yang memberikan bantuan US$ 300 juta untuk APBN.

"Tahun lalu kita nggak tahu mereka mau masuk, itu diluar dugaan kita," katanya. Rahmat berkeyakinan de depan jika pemerintah memiliki program-program yang bagus seperti pengentasan kemiskinan, pemberantasan korupsi, perubahan iklim change, pendidikan, kesehatan, banyak pihak yang tertarik membantu dengan waktu dan kondisi yang lebih ringan.

"Banyak yang masih bisa dijual seperti perubahan iklim. JBIC masih tertarik, Jerman juga," kata Rahmat.

Sisterhood Modest Bazaar, Berburu Baju Lebaran Hingga Menu Berbuka
Kepala BNPT Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel

Senada dengan BNPT, Guru Besar UI Sebut Perempuan, Anak dan Remaja Rentan Terpapar Radikalisme

Guru Besar Fakultas Psikologi UI Prof. Dr. Mirra Noor Milla, sepakat bahwa perempuan, anak-anak, dan remaja rentan terpapar radikalisme, seperti paparan BNPT

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024