Wawancara Khusus Kabareskrim Irjen Susno Duadji :

Mencari Koruptor Lebih Mudah

VIVAnews -- Baru sembilan bulan menduduki jabatan Kepala Polda Jawa Barat, Inspektur Jenderal Susno Duadji sudah ditunjuk sebagai Kepala Bareskrim Polri. Dilantik pada Jumat 24 Oktober 2008, Susno menggantikan posisi Jenderal Bambang Hendarso Danuri yang naik jabatan menjadi Kepala Polri.

Melihat latar belakang Susno yang mantan Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, kali ini Polri masuk ke wilayah pemberantasan korupsi.  Memberantas korupsi, menjadi salah satu target Bambang Hendarso Danuri, tentu tanpa melupakan pemberantasan kejahatan yang lain.

"Target itu sudah dibuat Kapolri," kata Susno kepada wartawan VIVAnews, Nurlis E. Meuko, dan wartawan ANTV, Hanibal Wijayanta. Berikut petikannya. hasil wawancara dengan Susno.

Anda sudah menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, posisi yang penting…
Saya terkejut dijadikan Kabareskrim. Terus terang saya tidak mengidamkannya. Kalau soal kemampuan, ya sersan saja mampu kok.

Adakah beban yang berat di Bareskrim?
Di dunia ini juga tak ada yang saya takut. Polisi tak boleh takut sama penjahat. Yang saya takutkan mampukah saya berbuat adil.

Jika demikian, tentu bersyukur karena mendapat jabatan…
Saya tak perlu memotong tumpeng untuk jabatan ini. Saya tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang istimewa. Ibarat kata, jika saya Kepala Polsek andaikan masuk neraka tentu lebih ringan daripada Kepala Bareskrim.

Saya sekarang jadi berfikir, bagaimana mengatasi godaan yang tentu saja tidak kecil. Sebab saya manusia bukan malaikat. Bisa-bisa berbalik otak saya nanti.

Baiklah, apakah Anda mempunyai target?
Saya tak perlu membuat target. Target sudah dibuat oleh Kepala Polri. Di antaranya adalah pemberantasan korupsi, pungli, judi, narkoba, illegal fishing, pembalakan liar, dan lain-lain. Sebelumnya kami sudah melakukannya di Polda. Yang penting bagi saya adalah banyak berbuat bukan cuma bicara.

Bukannya penanganan korupsi itu sulit?
Siapa bilang. Menurut saya, lebih susah mencari pencuri sandal di masjid dan pencuri jemuran, ketimbang mencari koruptor. Logikanya, kalau pencuri sendal dan jemuran itu kan bisa siapa saja yang melakukannya, tersangkanya banyak. Dan belum tentu si pelakunya kembali ke situ setahun kemudian.

Berbeda dengan koruptor, dia berbuat jahat di tempat yang selalu didatangi. Bahkan setiap hari dia ada di situ. Jadi gampang melokalisir pelakunya, yang pasti orang dalam dan di bagian tertentu saja. Jadi menurut saya lebih mudah menanganinya.

Jadi kenapa juga kesannya, penanganan korupsi sangat rumit?
Masalahnya, di antara penegak hukum belum ada kesepahaman. Kita semua harus sepaham dulu, bahwa korupsi itu adalah perbuatan seseorang yang mencuri uang Negara.

Bantu Israel Tahan Serangan Teheran, Menlu Iran Temui Menlu Yordania
Sandra Dewi dan Harvey Moeis

Masa Penahanan Harvey Moeis Diperpanjang, Kejagung Ungkap Alasannya

Adapun masa penahanan Harvey Moeis diperpanjang selama 40 hari ke depan mulai 16 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024