VIVAnews – Krisis finansial yang dialami Lehman Brothers dan American International Group (AIG) Inc tidak berdampak signifikan terhadap portofolio investasi di Indonesia. Investasi kedua institusi finansial di Amerika Serikat (AS) itu relatif kecil dibanding outstanding obligasi negara.
“Jumlahnya relatif kecil dibanding total obligasi negara. Jadi, tidak berdampak apa-apa,” kata Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto di Jakarta, Kamis, 18 September 2008.
Rahmat tidak menyebutkan total investasi kedua institusi finansial itu di dalam negeri. Apalagi, Lehman dan AIG juga mendiversifikasikan instrumen investasinya.
Per Agustus 2008, outstanding surat utang negara (SUN) yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 534,29 triliun. Saat ini, obligasi negara dalam valuta asing mencapai Rp 90 triliun. Sedangkan obligasi negara dalam rupiah yang dimiliki investor asing sebesar Rp 105 triliun.
“Obligasi valas maupun rupiah yang diterbitkan pemerintah sebagian besar dimiliki investor institusi,” tegas dia. Hal itu menunjukkan obligasi negara masih menjadi instrumen yang menarik untuk dikoleksi.
Dia menambahkan, dampak fluktuasi pasar saham terhadap SUN juga tidak besar. “Selama periode Januari hingga pekan kedua September 2008, harga SUN justru naik 150 basis poin,” lanjut dia.
Meski demikian investor SUN tidak akan menjual portofolio investasinya. Bila melepas kepemilikan SUN, investor berpotensi merugi. Selain karena transaksi yang relatif sepi, beberapa hari terakhir harga SUN sedang terkoreksi. “Keterpurukan yang terjadi karena panic selling,” ujar dia.
Hingga akhir Agustus 2008, pembeli SUN didominasi investor institusi yang berorientasi jangka panjang. Pada periode tersebut, asuransi memiliki SUN senilai Rp 50,37 triliun, reksa dana Rp 35,6 triliun, dan dana pensiun Rp 29,68 triliun.
Dia menegaskan, meski beberapa hari terakhir harga SUN turun 20-30 basis poin, prospek investasi ini masih menjanjikan. “Pemerintah masih optimis dengan SUN yang akan diterbitkan,” ujar Rahmat.
Rahmat mengakui, saat ini, penawar (bidder) meminta imbal hasil (yield) rata-rata 14,4 persen untuk surat berharga syariah nasional (SBSN) berjangka 12 bulan. “Bahkan, ada bidder yang meminta yield hingga 15,5 persen,” tegas dia.
Menurut dia, investor diharapkan tidak panik, karena SUN dijamin tidak akan gagal bayar (default). SUN (netto) yang diperkirakan mencapai Rp 102 triliun hingga akhir tahun ini sudah tercapai pada September. “Tapi, ini dengan asumsi defisit berkurang,” jelas dia.
VIVA.co.id
28 Maret 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
VIVA Networks
Mobil China BAIC Masuk Indonesia Bawa 2 Model SUV, Siap Produksi Lokal
100KPJ
sekitar 1 jam lalu
BAIC masuk pasar domestik melalui PT JIO Distribusi Indonesia (JDI) yang merupakan anak usaha JHL Group sebagai distributor, atau importir mobil Jeep. Ada 2 model SUV
Istilah "insecure" erat kaitannya dengan tingkat percaya diri seseorang, yang merupakan perasaan yang dapat berubah sesuai dengan situasi yang dialami. Apakah ini dosa?
Sinopsis dan Fakta Hot Blooded, Jung Woo Hempas Citra Pria Lucu jadi Sosok Tangguh
IntipSeleb
3 jam lalu
Hot Blooded adalah film Korea Selatan yang mengangkat kisah peperangan sengit gangster memperebutkan harta dan wilayah, Jung Woo sebagai pemeran utamanya.
Lirik Lagu Lintu - Versi Dike Sabrina Feat. Shinta Arsinta
JagoDangdut
sekitar 1 jam lalu
PenyanyiDike Sabrina dan Shinta Arsinta, dua nama yang sudah tidak asing lagi di dunia musik dangdut Indonesia, kembali menghadirkan kolaborasi yang memukau.
Selengkapnya
Isu Terkini