GDP Negara Berkembang Siap Sokong Dunia

VIVAnews - Pertumbuhan domestik bruto (growth domestic product /GDP) negara berkembang (emerging markets) akan menyokong pertumbuhan GDP dunia hingga 2010 nanti.

Pertumbuhan GDP negara berkembang pada 2008 tercatat lebih tinggi 1,5 kali dibanding negara yang tergabung dalam Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (Organization of Economic Cooperation and Development/OECD).

Hal tersebut diungkapkan Head of Distribution Director Schroeder Investment Management Michael Tjoajadi dalam seminar Investment Outlook yang digelar di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Sabtu, 13 Desember 2008.

Michael menjelaskan, saat krisis Asia pada 1998, kontribusi emerging terhadap GDP dunia tahun per tahun (year on year/yoy) hanya 0,2 persen dari total GDP 2,1 persen. Pada 2006, konstribusi itu mencapai 1,9 persen atau setengah dari pertumbuhan ekonomi dunia 3,9 persen. Angka yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada 2007, kontribusi emerging mencapai separuh dari GDP dunia 3,8 persen.

"Kondisi tersebut dipicu oleh awal terjadinya krisis subprime mortgage di Amerika Serikat, Desember 2006. Krisis banyak mempengaruhi negara OECD," ujar Michael.

Berdasarkan data itu, ungkap Michael, kontribusi negara OECD pada 2009 akan negatif mendekati satu persen. Namun, GDP emerging markets akan mengontribusi 1,1 persen, sehingga pertumbuhan dunia bisa menjadi positif. "Hal tersebut menunjukkan emerging markets berperan besar," katanya.

Michael mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi AS pada 2009 diperkirakan hanya nol persen, Inggris -0,2 persen, Eropa 0,5 persen, dan Jepang 0,5 persen. Sedangkan Cina 8,8 persen dan negara-negara emerging, termasuk Indonesia, 5,6 persen.

Pertumbuhan Indonesia


Michael mengungkapkan, target pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebesar 4,5-5 persen pada 2009 menunjukkan sinyal positif di tengah kondisi krisis ekonomi global saat ini. "Padahal, pada 2009 banyak proyeksi perlambatan pertumbuhan di negara maju. Bahkan, ada yang mencapai resesi," kata dia.

Indonesia dan negara berkembang lain, kata dia, berpotensi menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia jika mampu mencapai pertumbuhan hingga lima persen.

Dukungan emerging markets disebabkan karena negara tersebut tidak banyak terkena dampak krisis AS. Bahkan, saat ini GDP emerging masih surplus lebih dari dua persen. Walaupun angka tersebut menurun dari tahun 2006 yang mencapai empat persen.

Pada 2010, kata Michael, GDP dunia makin membaik dengan peningkatan kontribusi dari negara OECD sekitar 1,2 persen. "Pertumbuhan ekonomi emerging tidak mencapai satu persen, namun kontribusi tersebut sangat berperan dalam peningkatan ekonomi dunia," tegas dia.

Brigjen Nurul Bicara Strategi STIK Lemdiklat Cetak Pemimpin Polri yang Mumpuni
Eks Ketua Umum PB HMI, Raihan Ariatama

Hormati Putusan MK, Eks Ketum PB HMI: Saatnya Bekerja untuk Indonesia Maju

Eks Ketua Umum PB HMI Raihan Ariatama turut menyoroti putusan MK yang menolak seluruh permohonan perkara PHPU dari Anies-Muhaimin, dan Ganjar-Mahfud MD.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024