Saling Gesek di Bawah Beringin

Pemilu 2009 kian dekat. Mesin sejumlah partai politik sudah menderu,kecuali Golkar. Partai pemenang Pemilu 2004  itu kini lebih sibuk dengan kisruh internal. Para petingginya sibuk saling sikut. Saling sikut dalam penentuan calon legislatif. Berseteru dalam pencalonan Presiden 2009. Sejumlah kader potensial banyak yang terlempar. Kalau pun masuk dipantek  di nomor sepatu.
Kisruh jelang Pemilu itu sesungguhnya hasil gesekan antara faksi di partai itu. Sejumlah sumber di Golkar menuturkan, partai ini sudah lama terbelah dalam sejumlah faksi politik. Ada faksi Akbar Tandjung, faksi Jusuf Kalla, faksi Agung Laksono dan faksi Surya Paloh. Dulu mereka bersekutu menggeser Akbar Tandjung, di Munas, Denpasar, Desember 2005
Bahkan sebenarnya, tarik-menarik kepentingan di dalam rerimbunan tubuh partai beringin, sudah mulai terlihat sejak tahun lalu, ketika isu tentang perlu tidaknya Golkar melakukan konvensi nasional, menyeruak. Kubu yang paling berkepentingan untuk diadakannya konvensi, adalah kubu Akbar Tandjung.
Sejak menjadi Ketua Umum Golkar, Jusuf Kalla memang melakukan pembersihan di jajaran Dewan Pimpinan Pusat maupun daerah. Kalla banyak menyingkirkan orang-orang Akbar Tandjung. Maka, Akbar berharap untuk bisa kembali muncul ke permukaan, melalui jalur konvensi. Terang saja, di pucuk beringin, Kalla dengan lantang menolak diadakan konvensi nasional.
Berbagai alasan dipasang. Menurut Kalla, konvensi hanya akan memunculkan calon-calon yang  ‘tidak jelas’. Pasalnya, konvensi sebelumnya, ikut memunculkan banyak orang yang tidak memiliki kapasitas sebagai Ketua, semisal orang luar partai, artis, bahkan pelawak. 
Padahal, di lain sisi, konvensi memberi kesempatan bagi kandidat-kandidat baru yang masih segar untuk mengadu visi dan misi mereka sebagai calon presiden, ketimbang metode penjaringan nama, yang lagi-lagi hanya akan menelurkan kandidat-kandidat muka lama.
Pak Jusuf Kalla tidak mau (melakukan konvensi nasional), mungkin ada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari beliau, yang tidak terlepas dari interest-interest politik beliau,“ ujar Akbar kepada VIVAnews. Itu hanya satu cara menjegal Akbar.
Beberapa saat yang lalu, nama Akbar, juga sempat muncul kandidat presiden yang mulanya diajukan oleh Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI). Namun akhirnya pada rapat pimpinan nasional, nama Akbar menguap entah ke mana, hanya tinggal empat nama: Jusuf Kalla, Agung Laksono, Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan Surya Paloh.
Menjelang Pemilu 2009 ini, Kubu Akbar memang relatif sudah tak berdaya. Frustrasi dengan kondisi ini, Akbar malah sempat mengancam untuk hengkang ke partai lain. Entah hanya sekadar menggertak atau tidak, yang jelas Akbar memang mulai mencari cara lain di luar partai, Ia sendiri mengaku telah mulai menjajagi untuk menggandeng tokoh dari berbagai partai lainnya.
Akbar mengaku telah bertemu dengan Sutiyoso maupun Wiranto, kendati belum ada komitmen dan pembicaraan yang serius  dari keduanya. Sementara, kawan-kawan lama Akbar saat berjaya, kini lebih banyak tiarap. Beberapa di antaranya memang ada yang melompat ke kubu Kalla, seperti Rully Chairul Azwar, Andi Matalatta, atau M Yahya Zaini.
Yang belakangan ini malah terkesan terlalu vokal berbalik menjelek-jelekkan kubu Akbar, setelah sebelumnya menjadi salah satu tokoh kepercayaan Akbar. Alhasil dua tahun lalu ia ‘dikerjai’ dengan munculnya video rekaman ponsel  dengan pedangdut Maria Eva.
Menurut sumber orang dalam dari Golkar, konfigurasi faksi-faksi lainnya di tubuh Golkar relatif stabil. Kekuatan-kekuatan yang berhimpun menjegal Akbar di Munas di Bali, empat tahun lalu, masih solid. Bila ada beda sikap antara kubu Kalla, Surya Paloh, atau Agung Laksono, “Itu semua hanya strategi yang mereka jalankan bersama,“ ujar sumber VIVAnews.
Hal itu biasa dilakukan untuk menakar tingkat loyalitas kader-kader yang ada di bawah mereka. “Istilahnya mereka cuma sedang ‘mengocok’ saja,” lanjut sumber itu. Walau banyak ditinggalkan oleh orang-orangnya dari fraksi TNI, baik yang bergabung dengan partai baru milik Wiranto, Partai Hanura, maupuan Partai Prabowo, Gerindra, Golkar tak akan terlalu terpengaruh, karena basis mereka di kelompok ini sudah tidak terlalu signifikan.
Lalu, apa rencana yang akan digelar oleh geng Kalla, Surya Paloh, dan Agung Laksono?  Salah satu yang sudah mulai kedengaran santer adalah usulan untuk kembali menyukseskan duet SBY-Kalla untuk kedua kalinya. Boleh jadi, isu yang pertama kali digelindingkan oleh Ketua Golkar Muladi itu, hanya untuk mengetes sejauh mana reaksi publik terhadap pasangan ini.
Sebab, menurut Sang sumber, ada juga wacana di antara mereka, untuk mengusung kandidat lain dari Golkar, yaitu orang terkaya di Indonesia: Aburizal Bakrie. Tentu saja ini tidak mudah, mengingat besarnya resistensi yang akan muncul dari warga Jawa Timur sebagai salah satu tambang suara Golkar yang sangat besar, terkait dengan kasus Lapindo.
Agaknya, bila ini memang benar-benar terjadi, ini hanya akan menjadi salah satu opsi cadangan, yang didesain untuk memuluskan tujuan utama mereka, yaitu mengegolkan duet  SBY-Kalla untuk kembali duduk di puncak kekuasaan.
Terbukti, ketika Presiden Yudhoyono menyatakan maju lagi, beberapa hari lalu di Istana Negara, sambil berbuka puasa bersama wartawan, respons Jusuf Kalla jelas menyambutnya. Jusuf Kalla menyatakan kembali bersedia mendampingi SBY untuk bertarung di Pemilu 2009. Maka selesai sudah mereka yang berharap maju menggunakan kendaraan Partai Golkar untuk maju sebagai capres.
Bahkan Prabowo Subianto, salah seorang Ketua DPP Partai Golkar meninggalkan partai ini untuk bergabung dengan Partai Gerindra. Hanya Akbar Tandjung yang menilai kesiapan Jusuf Kalla ini sebagai ketidaktaatan pada aturan main organisasi, karena Partai Golkar sebagai organisasi belum menyatakan sikap. Juga Jusuf Kalla dinilainya melanggar pernyataannya sendiri yang sebelumnya mengatakan akan bersikap tiga bulan sebelum Pilpres 2009 dilakukan.
Sementara faksi lain sampai sekarang belum juga berreaksi terhadap pernyataan kesiapan Jusuf Kalla digandeng Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut informasi dari “orang dalam” di DPP Partai Golkar, jawaban Jusuf Kalla memang lebih untuk sopan santun alias fatsun politik semata. Di dalam, tetap yakin sikap resmi ditentukan pada sekitar satu minggu setelah Pemilu Legislatif. Memang tidak ada jaminan sikap Partai Golkar akan berubah nantinya. Artinya JK akan tetap mendampingi SBY. Namun setidaknya posisi saat ini adalah kesiapan Jusuf Kalla untuk bersama-sama SBY untuk sementara bisa menghentikan gesekan di internal Partai Golkar.
Termasuk gesekan di pen-caleg-an yang lumayan panas dan tegang. Sebagian besar anggota DPR periode 2004-2009 yang diduga “orangnya” Akbar Tandjung digeser dari nomor jadi, digantikan posisinya oleh “orangnya” Jusuf Kalla. Termasuk Yuddi Chrisnandi yang dianggap terlalu vokal terhadap DPP Partai Golkar serta suka berbeda pendapat atau sikap dengan Fraksi Partai Golkar (FPG) DPR. Yuddi tidak termasuk dalam daftar calon anggota DPR yang diumumkan KPU, 7 Oktober 2008. Keputusan sudah diambil, tidak ada yang bisa menggeser posisi caleg dan dipastikan “orangnya” Jusuf Kalla akan mendominasi DPR ke depan dan ini akan menguntungkan posisi JK dalam berpasangan dengan SBY di periode kedua pemerintahan SBY-JK nanti.

Kwarnas Curigai Upaya Terselubung di Balik Penghapusan Ekstrakurikuler Wajib Pramuka di Sekolah
Habib Aboe Bakar Al HAbsyi di DPP PKB bersama elite PKS dan PKB

PKS Bakal Gelar Halal Bihalal Sabtu, Prabowo-Gibran dan Semua Parpol Diundang

PKS akan menggelar acara halal bihalal pada Sabtu, lusa, di kantor DPP PKS. Semua paslon capres cawapres diundang, termasuk parpol

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024