Krisis Keuangan AS

Menyorot Ditolaknya Proposal US$700 Miliar

VIVAnews – Ibarat disambar petir, penolakan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Kongres Amerika Serikat (AS) atas usulan pemerintah menggunakan uang rakyat US$700 miliar untuk membantu sejumlah bank dan perusahaan keuangan yang tengah sekarat sangat menyentak berbagai kalangan. Tak hanya para investor dan pialang di Wall Street, kalangan politisi dan media massa pun terkejut. Bagaimana bisa gagasan pemerintah untuk menyediakan dana besar, yang telah mendapat lampu hijau dari pimpinan parlemen (Kongres) setelah berunding selama satu pekan dan tinggal disahkan melalui ketukan palu, tiba-tiba mentah dalam rapat di DPR?

Dalam pemungutan suara di rapat DPR Senin lalu, komposisi suara berbeda tipis, 228 mendukung dan 205 menolak. Rincinya, 65 anggota dari Partai Republik bergabung dengan 140 politisi dari Partai Demokrat memberi suara “Ya.” Namun 133 Republik bersama 95 Demokrat menyatakan “Tidak.” 

Lalu, mengapa program penyelamatan dari pemerintah yang tadinya diamini oleh pimpinan Kongres, termasuk Ketua DPR Nancy Pelosi, langsung mentah begitu saja? Kuncinya ada pada para anggota DPR dari Partai Republik, yang selama delapan tahun mendukung penuh George W. Bush sebagai presiden. Kalau begitu, kenapa justru mereka yang menolak program penyelamatan dari pemerintah yang saat ini masih dipimpin Bush walau baru akan pensiun Januari tahun depan?

Rupanya, menurut analisis dari Associated Press, banyak anggota DPR yang tidak mau berisiko mendapat pertanyaan maupun tuntutan pertanggungjawaban dari para konstituen atau pendukung mereka bila mendukung pengucuran dana milik rakyat yang nilainya super besar itu.  Apalagi, pemilihan umum untuk sebagian anggota parlemen – yang berbarengan dengan pemilihan presiden – tinggal lima pekan lagi. Maka para anggota DPR yang berkepentingan sangat sensitif dengan sorotan para pemilih, yang bisa mencecar mereka melalui telepon dan email saat rapat usai. Tanda-tandanya, selama rapat berlangsung situs internet DPR sudah dikunjungi jutaan orang yang ingin tahu lebih lanjut mengenai sikap anggota pilihan mereka.

Selain itu, penolakan mereka atas usulan pemerintah bukan karena semata-mata mengamankan kepentingan politik jelang pemilu, namun juga karena kekesalan mereka atas Pelosi. Pasalnya, Ketua DPR dari Partai Demokrat yang beroposisi tersebut melontarkan pernyataan sinis saat membuka sesi pemungutan suara Senin lalu. Saat itu Pelosi mengritik kebijakan-kebijakan ekonomi Bush dan “ideologi sayap kanan yang membuat segalanya jadi leluasa, tanpa pengawasan, tanpa disiplin dan tanpa aturan” dalam bursa-bursa keuangan. Pokoknya Pelosi, seperti biasa, melontarkan pernyataan yang intinya menyinggung ketidakbecusan Bush dan Partai Republik selama memerintah AS dalam delapan tahun terakhir. 

Bagi para politisi Partai Republik, pernyataan Pelosi tersebut dianggap “berat sebelah” (partisan) dan menggambarkan ketidaktulusannya sebagai ketua DPR dalam mengatasi krisis keuangan yang tengah dibebankan kepada pemerintah.
“Kita bisa saja langsung setuju [bantuan dana] kalau tidak ada pidato partisan yang diucapkan ketua,” kata pemimpin Fraksi Republik yang menjadi minoritas di DPR, John Boehner. Maka, menurut anggota DPR yang juga dari Partai Republik, Roy Blunt, pidato Pelosi tersebut mengubah sikap puluhan Republikan yang tadinya mendukung rencana pemerintah.

Perilaku sebagian rekannya tersebut sangat disayangkan oleh Barney Frank, politisi Partai Demokrat yang memimpin Komisi Jasa Keuangan di DPR. “Masak mereka menghukum negara ini hanya karena tersinggung dengan perkataan seseorang,” kata Frank. Menurut dia, sikap para politisi Partai Republik kini malah menyusahkan presiden yang selama ini mereka dukung.

Namun ada pula politisi Partai Republik di DPR yang sedari dulu sudah menentang rencana Bush menggelontorkan uang rakyat US$ 700 miliar hanya untuk membantu para eksekutif dan bankir di Wall Street yang bergaji tinggi demi menyelamatkan perusahaan mereka dari kebangkrutan. Seolah-olah “kepala kita lagi ditodong pistol,” kata Ginny Brown-Waite, anggota DPR dari Partai Republik, yang menentang usulan pemerintah. “[Rapat] ini bukan pengesahan undang-undang, tapi lebih mirip pemerasan,” lanjut Brown-Waite.

Namun apapun alasan dari para politisi yang menolak usulan program bantuan dari pemerintah, yang jelas Kamar Dagang dan Industri AS sudah mewanti-wanti akibat-akibat yang akan muncul. “Jangan salah, ketika sikap parlemen tersebut terlihat jelas, rakyat Amerika tidak akan toleran dengan mereka [yang menolak] dan tidak mau membiarkan malapetaka terjadi,” kata R. Bruce Josten, pelobi top dari Kamar Dagang dan Industri, dalam sepucuk surat kepada para anggota.

Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

“Kita khawatir akan banyak terjadi pengangguran…Bila kita gagal bertindak secara tepat, hanya Tuhan yang bisa menolong kita,” kata anggota DPR dari Partai Republik, Paul Ryan. (ap)

Kim Min-jae saat Napoli melawan Inter Milan

6 Pemain yang Bisa Didatangkan Inter Milan, dari Juara Serie A hingga Penantang Liga Champions

Pada Senin, 22 April, Inter Milan meraih Scudetto ke-20 dalam sejarah mereka, dan cara mereka memastikannya tidak bisa lebih memuaskan lagi.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024