Musik Akustik Ala Endah n Rhesa

VIVAnews - Endah n Rhesa, sebuah nama yang cukup “aneh” untuk sebuah grup musik. Mereka ini duo musisi, gitar dan bass, yang mengkhususkan dirinya untuk membawakan musik secara akustik, dengan lagu-lagu yang sebagian besar mereka aransemen ulang dengan gaya mereka sendiri. Nuansa Lisa Loeb dan Tracy Chapman pun secara kental mewarnai setiap alunan nada yang mereka mainkan.

Ear catching” ujar temen saya…

Dan itu benar,  tapi saya melihat ada unsur lain dari mereka, tidak hanya dari sisi musikalitas. Entah kenapa pikiran saya tiba-tiba teringat akan Asia Reform, sebuah band di bawah bendera Indomugi Pratama yang beberapa tahun lalu masih manggung di Hard Rock Café dengan gaya profesionalnya mereka bisa menghibur penonton.

Kemudian terlintas juga kira-kira dua tahun yang lalu Wong Pitoe dan Second Born, dua band yang sama-sama eksis di dunia hiburan dengan gaya mereka yang kocak. Merubah lirik lagu sana sini, menyanyikan iklan yang mengocok perut, lalu muncul lah ini Endah n Rhesa.

Menurut saya ini adalah salah satu bentuk hiburan lain. Sebuah cara menghibur yang bisa menimbulkan kenyamanan tanpa adanya batasan antara panggung dan pengunjung. Mungkin juga di dukung oleh outletnya. Akan tetapi rasanya sebuah kehangatan dan keterbukaan yang muncul dari hati mereka berdua yang lebih menyebabkan kenyamanan itu muncul.

Sebuah kejujuran dan kemurnian hati yang ter-implementasi kedalam musik.

Endah ini adalah salah seorang tenaga pengajar di Aminoto Kosim Music School, untuk vokal dan gitar klasik. Rhesa adalah seorang musisi independen tulen yang belajar segala sesuatu dengan usaha sendiri.

Mereka berdua terlibat secara aktif di Yayasan Mitra Netra sebagai tenaga pengajar music Braile (www.notasimusikbraille.blogspot.com). Hingga akhirnya mereka memproduksi sebuah album Musikalitas Puisi yang bertitle “Angin Pun Berbisik” dengan menggandeng beberapa musisi seperti Ran, Drew, berikut juga aktris-aktris seperti Maudy Koesnaedi dan Cornelia Agatha untuk membaca kan puisi hasil karya para tuna netra tersebut.

Bukan Hina Pemain Korea Selatan, Ernando Minta Maaf dan Jelaskan Alasan Joget Usai Gagalkan Penalti

CD tersebut mereka produksi dengan hasil jerih payah sendiri, mulai dari proses rekaman, produksi hingga distribusi, dan hasil dari penjualan CD tersebut sepenuhnya akan di donasikan untuk membantu program dari Yayasan Mitra Netra.

Haruskan menjadi “mampu” terlebih dahulu untuk bisa berbagi? Endah dan Rhesa telah menjawab nya…..

Mimpi dari setiap musisi adalah memiliki sebuah bukti eksistensi dari hasil karyanya. Baik itu dalam bentuk lagu yang telah dipublikasikan melalui media-media yang tersedia, atau CD dan kaset yang di distribusikan.

Akan tetapi mereka “terpaksa” mengenyampingkan ego mereka untuk kegiatan-kegiatan nirlaba yang dilakukan. Akan tetapi saya dengar informasi terbaru nya, album mereka bertitle kan “No where To go”  akan launch awal Januari 2009 mendatang tanpa menggandeng major label mana pun. Mereka lebih memilih untuk melakukan semua nya sendiri, mungkin dengan segala keterbatasan yang ada tantangan itu akan lebih muncul sebagai motivasi untuk lebih maju.

Musik mereka telah mempengaruhi banyak manusia di sekelilingnya secara sadar atau pun tidak sadar. Tindakan-tindakan mereka telah menyentuh relung hati paling dalam setiap manusia sehingga ingin bisa berbuat lebih baik.

Sungguh sosok musisi yang mengagumkan dan tercermin secara jelas dari hasil karyanya, begitu indah dan murni.(Roniazhar).

Ghea Indrawari

Belum Kepikiran Nikah, Ternyata Ini Kriteria Pria Idaman Ghea Indrawari

Namun di usianya sekarang ini, Ghea Indrawari merasa masih ada banyak hal yang perlu ia lakukan sendiri termasuk mengejar kariernya di industri hiburan.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024