VIVAnews – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) merevisi target emisi obligasi korporasi menjadi Rp 15 triliun hingga akhir 2008. Target tersebut turun dari sebelumnya Rp 40 triliun.
”Target emisi obligasi kami pangkas karena belum ada lagi emiten yang mengajukan izin penerbitan,” kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Erry Firmansyah di Jakarta, Kamis, 25 September 2008 malam.
Erry menambahkan, penurunan minat penerbitan obligasi dipicu kenaikan bunga (kupon) obligasi. Sementara itu, suku bunga pinjaman bank sangat kompetitif.
Direktur Perdagangan Derivatif dan Fix Income, Keanggotaan, dan Partisipan BEI Guntur Pasaribu menambahkan, meski target turun, rata-rata nilai transaksi harian obligasi korporasi di pasar sekunder mencapai Rp 250 miliar. Sementara itu, hingga akhir Agustus 2008, outstanding obligasi sebesar Rp 80 triliun.
Kondisi tersebut masih menunjukkan sinyal positif meski rata-rata nilai transaksi turun Rp 25 miliar dari Rp 275 miliar pada 2007. ”Penurunan perdagangan tahun ini masih normal,” tambah dia.
Mengantisipasi hal itu, pihaknya berharap penerbitan surat utang negara (SUN) sesuai perencanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2008. Untuk itu, perlu diatur mekanisme permintaan dan persediaan, sehingga penerbitan SUN tetap berlanjut serta ada jaminan tidak gagal bayar (default).
”Investor jangka panjang masih berminat pada SUN. Meski suku bunga deposito tinggi, hal itu tidak untuk jangka panjang,” jelas Guntur.
Dia juga berharap, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah bisa diturunkan menjadi 10 persen dari rata-rata 12,5 persen. Ekspektasi tersebut merujuk pada tren kenaikan harga obligasi dan penurunan yield. Pemodal domestik jangka panjang bisa memanfaatkan tren tersebut sebelum asing memborong obligasi dengan yield rendah.
”Kami menilai, ada tren kenaikan harga obligasi. Kondisi itu merupakan sinyal perbaikan harga obligasi pemerintah,” papar Guntur.
Saat ini, nilai perdagangan obligasi pemerintah di pasar sekunder rata-rata mencapai Rp 4 triliun, atau turun dari sebelumnya Rp 4,2 triliun per hari pada 2007. ”Angka Rp 4 triliun masih wajar karena perdagangan baru tercatat hingga September,” tegas dia.
Lebih jauh, Erry menambahkan, otoritas bursa optimistis dapat menerima pencatatan (listing) saham baru sebanyak 25 perusahaan. Namun, jumlah tersebut turun dibanding target awal 30 emiten.
PT Trada Maritime Tbk (TRAM) menjadi emiten ke-18 yang listing tahun ini. BEI juga menerima pencatatan dua reksa dana yang dapat diperdagangkan (exchange traded fund/ETF). Sementara itu, satu hingga dua perusahaan menargetkan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada akhir 2008.
"IPO mencerminkan itikad baik perusahaan, seberapa jauh mereka terbuka kepada publik," ujar dia.