Triwulan III 2008

Ekonomi RI Melambat, Bergerak 3,5%

VIVAnews - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III (Juli-September) 2008 bergerak naik 3,5% jika dibandingkan triwulan II 2008. Dengan perkembangan ini, maka pertumbuhan ekonomi selama 9 bulan tahun ini sebesar 6,3 persen. Sedangkan year on year tercatat 6,1 persen.

Mengenal Sepak Terjang Karier Alvina Elysia, Dirut Perempuan di Anak Perusahaan Pupuk Kaltim

Perlambatan tersebut terjadi karena jika dibandingkan dengan triwulan III 2007, saat itu ekonomi masih tumbuh 3,9 persen. Sedangkan kumulatif tahun 2007 (Januari-September 2008) tercatat 6,34 persen. Sementara year on year saat itu (triwulan 2007 terhadap triwulan 2006) sebesar 6,5 persen.

Besaran PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2008 Rp 1.343,8 triliun sehingga kumulatif triwulan ke III 2008 mencapai Rp 3.705,3 triliun.

Iran Bantah Rudal Israel Meledak di Isfahan: Itu Drone yang Ditembak Jatuh

"Jadi masih bagus di tahun 2007. Itu makanya disebut perlambatan," kata Kepala Badan Pusat Statistisk Rusman Heriawan di Jakarta, Senin 17 November 2008.

Rusman juga mengatakan,  pelambatan pertumbuhan ekonomi sampai triwulan III 2008 dipengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia. "Ada koreksi dari 5,2 persen, terus menukik ke bawah. Triwulan II masih lumayan ada kenaikan dengan perkiraan krisis perumahan berkurang," kata  Rusman yang didampingi Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Slamet Sutomo.

TNI Berduka, Letkol Marolop Meninggal Dunia 2 Hari Usai Serahkan Jabatan Komandan Kodim di Papua

Tapi pada akhirnya, krisis perumahan Amerika bergulir terus sehingga pertumbuhan ekonomi dunia triwulan III 2008 menjadi 3,7 persen. Sehingga ekonomi dunia bergerak dari optimisme menuju ke pesismisme yang berlangsung sampai triwulan IV. "Tidak hanya dialami Indonesia tapi belahan dunia yang lain," katanya.

Pertumbuhan tiga negara besar dunia, Amerika, Jepang dan Inggris menurun drastis. Amerika sampai triwulan III 2008  hanya 1,6 persen dari 3,7 persen pada triwulan I 2008, Jepang perkiraannya di bawah 1 persen, Jerman 1,8 persen, Inggris 1 persen, dan Prancis 0,8. "Jadi masuk sistuasi pesimis mengenai pertumbuhan ekonomi," kata dia.

Selain itu harga komoditas sampai Juli 2008 mencapai puncaknya, dan kemudian turun terus menerus. Untuk Indonesia, tembaga, aluminium, CPO, semua mengalami penurunan. Ini memberikan pengaruh juga pada ekspor, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jadi ada pertimbangan penurunan harga komoditas dunia, terutama yang terkait sektor andalan Indonesia," bebernya.

BPS juga mencatat kegiatan setahun sekali, Lebaran dan puasa, September tercatat sebagai puncak pengeluaran, BLT, bantuan sosial digulirkan dan semuanya mendorong pengeluaran pendapatan dari pendapatan yang biasa mereka terima.

Badan juga mencatat ekspor melambat, meski masih mencapai pertumbuhan positif, tapi mulai melambat. Demikian juga konsumsi rumah tangga. Ekspor year on year  pada kuartal III hanya 14,33 persen. "Ini menunjukkan perlambatan. Laju pertumbuhannya tidak setinggi triwulan sebelumnya," kata dia.

Pertumbuhan impor masih lebih tinggi dibandingkan ekspor. Volume ekspor non migas ke Jepang mengalami penurunan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih positif 1,89 persen dan ini dipengaruhi oleh Lebaran dan puasa. Tapi jika dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya cenderung melambat. Sedangkan year on year masih cukup besar sebesar 5,33 persen. Sedangkan tahun 2007 hanya 5,14 persen. Ini akibat pergeseran konsumsi masyarakat karena puasa dan lebaran. Tahun 2007, lebaran jatuh pada kuartal IV.

Namun triwulan III pengeluaran pemerintah cukup tinggi dan akan mencapai puncaknya pada kuartal IV nanti. "Tahun 2009 akan ada terobosan, triwulan I akan mulai dipicu. Sebab pengeluaran pemerintah termasuk salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya