Ini Orang-orang yang Harus Dihadapi Klopp di Anfield

Kalah 0-2 dari Madrid, Dortmund Tetapa Melaju Ke Final Liga Champions
Sumber :
  • REUTERS/Ina Fassbender
VIVA.co.id
7 Pertandingan Terakhir Premier League: Man City, Arsenal atau Liverpool yang Juara?
- Ada dua isu besar terkait dengan performa buruk Liverpool dan pemecatan Brendan Rodgers. Pertama, tudingan bahwa dia gagal dalam proses perekrutan pemain. Kedua, tentang komite transfer Liverpool.

Terpopuler: Liverpool Hancur Lebur, 6 Pebulutangkis Indonesia di Olimpiade 2024

Adanya komite transfer membuat Rodgers terkekang, karena kebijakan transfer tidak ada padanya. Itu membuat dia tidak dapat membeli pemain yang sesuai dengan keinginan dan taktik permainannya.
Liverpool Dibantai Atalanta di Kandang Sendiri, Van Dijk: Sakitnya Tuh di Sini


Dikutip dari Sports Mail
, Selasa, 6 Oktober 2015, fakta sebenarnya terletak di antara setiap tudingan. Komite transfer dibentuk di Anfield, setelah Liverpool menunjuk Rodgers sebagai manajer pada musim panas 2012.


Komite itu yang berada di balik pembelian 23 pemain selama tiga musim terakhir dan menghabiskan dana lebih dari £291 juta. Rodgers yang kemudian tampak sebagai orang gagal ketika sederet pemain yang dibeli gagal berkembang.


Ketika Fenway Sport Group (FSG), pemilik Liverpool dari Amerika Serikat (AS), akhirnya memecat Rodgers, alasannya adalah karena dia dianggap gagal untuk mengeluarkan potensi terbaik para pemain muda, yang dijaring dari sistem transfer mereka.


Komite transfer terdiri dari lima orang, yaitu Rodgers, CEO Liverpool Ian Ayre, Kepala Divisi Perekrutan Dave Fallows, Kepala Pemandu Bakat Barry Hunter dan Direktur Performa Teknik Michael Edwards.


Fallows direkrut FSG dari posisi serupa di Manchester City. Hunter kemudian menyusul, juga dari City. Sementara itu, Edwards adalah ahli dalam angka-angka dan data, serta advokat bisnis sepakbola yang sejalan dengan keinginan FSG.


Pendekatan bisnis digunakan FSG untuk mengelola Liverpool. Mereka ingin menjaring pemain-pemain muda, yang diasah di Liverpool kemudian dijual dengan harga lebih tinggi.


Rodgers tidak punya kewenangan untuk menentukan transfer pemain yang diinginkannya. Tidak ada manajer lain, yang akan setuju pada hal itu, karena sepantasnya kebijakan transfer ada pada manajer.


Setelah Liverpool mengakhiri musim 2013/2014 sebagai runner-up, Rodgers menekankan masalah itu dalam wawancara dengan Liverpool Echo. "Ide prinsip saat saya pertama datang adalah seperti manajer lain. Kami tidak akan membawa pemain yang tidak diinginkan manajer."


Pada kenyataannya, pembelian pemain membutuhkan persetujuan dari semua anggota komisi transfer. Rodgers tidak pernah mendapatkan keinginannya memboyong Ashley Williams dari Swansea.


Dia juga tidak berhasil merekrut Ryan Bertrand dari Chelsea. Namun, tidak sepenuhnya kesalahan komite transfer, karena ada beberapa pemain yang juga dibeli berdasarkan permintaan Rodgers.


Di antaranya Mario Balotelli, Dejan Lovren, Adam Lallana, Christian Benteke dan beberapa nama lain. Tidak semuanya berjalan dengan baik, para pemain rekrutan baru tidak menunjukkan performa yang diharapkan.


Klopp sebelumnya dikabarkan menuntut pembubaran komite transfer, dan memperoleh kewenangan penuh dalam kebijakan transfer. Namun, FSG bersikeras mempertahankan sistem yang sudah berjalan.


Perkembangan dilaporkan terjadi dengan jalan tengah. Klopp akan bekerja di bawah sistem transfer Liverpool, tapi Liverpool memberinya hak veto, untuk memberikan keputusan terakhir dalam proses transfer pemain.


Tapi, situasi dan orang-orang yang dihadapi Rodgers, juga akan dihadapi Klopp nantinya. Apakah dia akan sukses berhadapan dengan mereka dan sistem yang ada, akan terlihat dari performa Liverpool di tangannya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya