- VIVAnews/Muhamad Solihin
Langkah pertama yang diambil pria asal Metro, Lampung itu ialah mendatangi Komnas HAM untuk mengadukan nasibnya pasca terhentinya kegiatan sepakbola di Tanah Air. Mantan pelatih Tiimnas U-23 itu mengungkapkan jika tidak hanya dia yang mengalami kesulitan, tetapi juga puluhan ribu pesepakbola yang ada.
Meski begitu, pelatih yang akrab disapa RD tersebut tidak lupa menyampaikan kritik terhadap PSSI. Karena menurutnya, dengan adanya pembekuan dari Menpora, seharusnya PSSI menginstropeksi diri dan segera melakukan pembenahan.
"Bukannya kita datang mengadukan ini ke Komnas HAM terus tidak memberi tekanan kepada PSSI. Kita akan tetap meminta PSSI untuk fokus menyelesaikan permasalahan yang ada," kata RD di kantor Komnas HAM, Senin 27 Juli 2015.
Menurut RD, pembenahan pengelolaan yang mesti dilakukan PSSI tidak lain ialah maraknya tunggakan gaji terhadap pemain dan pelatih oleh klub-klub. Dia mengambil contoh Persija yang hingga kini bermasalah terkait pelunasan gaji dan uang muka kontrak.
"Saya rasa kita harus belajar dari hal-hal yang sudah dialami. Persija juga tentunya juga bisa belajar dari pengalaman. Pembekuan ini tentu bisa membuat kita sadar dalam mengelola sepakbola," jelas dia.
Hal senada juga diutarakan oleh Sekretaris PT Liga Indonesia, Tigorshalom Boboy. Menurutnya, kesempatan ini seharusnya dijadikan momentum pengurus klub untuk mengevaluasi diri agar ke depan mampu berbuat lebih baik.
"Paradigma berpikir klub juga harus diubah. Harus disiapkan program yang bagus, misalnya tidak punya uang ya mengakalinya beli pemain muda kemudian dilakukan pembinaan. Sumber daya manusia di dalam manajemen juga harus ditingkatkan," tutur Tigor. (ren)