Kisah Penjual Pecel Lele di Balik 'Keramatnya' Markas Arema

Sukarno, konduktor Aremania
Sumber :
  • Dyah Pitaloka/VIVAbola (14/3)
VIVA.co.id
Kontra Bali United, Momen 'Penebusan Dosa' Bagi Arema
-  Sukarno, merupakan satu dari sederet konduktor yang dimiliki Aremania. Meski tak sepopuler Yuli Sumpil, kehadiran pria yang akrab disapa Cak No ini, turut berkontribusi bagi terjaganya suntikan semangat bagi tim Arema Cronus saat berada di lapangan.

VIDEO: Arema Juara Piala Bhayangkara

"Yo...ayoo. Ayo Arema. Sore Ini...Kita Harus Menang," teriak Sukarno suatu sore di tribun penonton Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang.  Tak lama berselang, ribuan Aremania yang hadir di stadion 'keramat' tersebut mengikuti nyanyian Cak No. Mereka bernyanyi penuh semangat sembari mengikuti aba-aba lewat gerakan tangan dan tubuh  Cak No.

Tak hanya bernyanyi, mereka juga menggoyangkan tangan dan badan mengikuti instruksi pria paruh baya tersebut. "Jadi kondaktor itu karena tidak sengaja suka lihat Arema, kemudian bantu Yuli Sumpil, El Kepet (dua kondaktor lain) dan kondaktor Aremania lainnya,” kata Cak No saat berbincang dengan VIVA, Sabtu, 14 Maret 2015.

Suntikan semangat yang tak henti-henti menjadi 'doping' bagi para pemain Arema saat bertarung di markasnya. Sebaliknya, bagi tim-tim tamu, teriakan, yel-yel, maupun nyanyian Aremania menjadi 'teror' yang melemahkan tim lawan yang bermental pas-pasan.
 
Sukarno mengaku sudah puluhan tahun akrab dengan Arema. Namun terlibat aktif dalam kreatifitas Aremania, baru ditekuninya saat Singo Edan tampil di Liga Indonesia 1998-1999. Saat itu, Singo Edan masih bermarkas di Stadion Gajayana, Malang. 

"Awalnya saya kebagian pegang bass drum saja," katanya. 

Sejak saat itu, kiprah Cak No terus berlanjut. Seiring waktu, Cak No, juga terkadang mulai meninggalkan drum bass dan beralih menjadi konduktor. Sering kali dia dipercaya untuk naik panggung saat konduktor populer Yuli Sumpil tidak bisa tampil. 
 
Saat beraksi, Cak No, punya gaya tersendiri. Sesekali dia tampil dengan kostum unik, menyerupai seragam perang prajurit Romawi, pakaian Dayak, atau kostum menarik lainnya. Selain itu, Cak No, juga gemar memodifikasi beberapa lagu menjadi mars Arema.

Namun hasilnya tidak selalu baik. Tak jarang aksinya justru tidak mendapat respons yang diharapkan. Aremania kadang malah tertawa saat Cak No memodifikasi sebuah lagu. Salah satunya adalah saat dia mengubah salah satu jingle es krim menjadi lagu Happy Arema. Bukannya mengikuti aba-aba, Aremania, justru tertawa saat Cak No mencontohkannya.

"Mereka tidak ikut nyanyi, tapi malah ketawa, hahaha,” kata Cak No sambil tertawa.

Cegah Suporter Anarkis
Bagi Cak No, menjadi dirigen atau konduktor bukan sekedar memimpin bernyanyi saja. Lebih dari itu, perannya sangat menentukan dalam mencegah suporter berbuat anarkis.

Menurut Cak No, penonton yang datang ke stadion dengan berbagai kondisi. Ada yang fit dan memang hadir untuk mendukung Singo Edan, namun tak jarang yang sudah dalam kondisi mabuk berat kemudian tertidur sepanjang pertandingan berlangsung.

"Kalau lama menunggu biasanya banyak yang mulai celometan. Kadang bisa membuat kuping suporter lain panas dan bisa tawuran. Lebih baik saya ajak nyanyi, biar tenaganya disalurkan ke hal yang baik," Cak No.

Saat Aremania sudah bernyanyi, sering kali ide-ide baru juga bermunculan. Dia mengatakan, beberapa kali beberapa Aremania bernyanyi dari tribun dan kemudian diikuti oleh fans lain. Jika sudah seperti itu, kondaktor tinggal naik dan mengarahkan koor agar suara lebih padu.

"Lagu 'Aku Bangga Menjadi Arek Malang', itu dinyanyikan satu Aremania kalau tidak salah asal Kabupaten Malang waktu di tribun, waktu kondisi sedang sepi. Dia nyanyi sendiri kemudian diikuti suporter lain, lagunya jadi populer sampai sekarang.”

Penjual Pecel Lele
Di tribun penonton, gerakan tangan Cak No sangat terampil memandu ribuan Aremania bernyanyi. Namun di luar stadion, tangan pria berpostur 172 cm itu, lebih piawai dalam mengaduk mengaduk teh,kopi, ataupun memasang gas, di warung  makan miliknya.

Tekuk 10 Pemain Persib, Arema Juara Piala Bhayangkara

Sukarno, konduktor Aremania

Ya, sehari-hari, Cak No, adalah pedagang Pecel Lele. Dibantu istrinya, Tutik Yuliati dan anak bungsungnya, mereka mengelola warung di Jalan Hasanudin, Kampung Palem di sekitar Celaket Kota Malang. Warung ini telah dikelolanya sejak 2008 lalu.

Jika kompetisi sedang libur, Cak No akan total berada di warungnya sejak pagi hingga petang. Warung sederhana dengan beberapa meja kursi. Pada dinding luar warung sederhana yang berdinding kayu itu, nama Warung Arema terpasang megah dengan latar warna biru Arema. Di dalam warung tersebut menempel poster bergambar Cak No sedang menunggangi seekor singa lengkap dengan tulisan Cak No Bass Drumm Aremania. Itu merupakan satu-satunya poster yang menempel di dalam warung. 

Cak No sendiri masih ingin terus mendukung Aremania dengan sisa tenaganya. Dia pun sedang sibuk mengumpulkan ratusan lagu yang sempat dinyanyikan Aremania saat mendukung Singo Edan. Selama ini, lagu-lagu tersebut tercecer dan  tak terdokumentasikan dengan baik, membuat konduktor sulit untuk mewariskan secuil sejarah Aremania bagi generasi berikutnya.

"Ini masih mulai mengumpulkan kembali, mengingat dan memberi judul. Saya butuh banyak masukan dari kawan-kawan Aremania lain untuk mengumpulkan ini, setidaknya dalam bentuk coretan,” katanya.

Lagu suporter Aremania, menurutnya adalah cerminan dari kondisi jaman. Lagu yang dahulu populer terkadang tak bisa dinyanyikan lagi di era saat ini.

Sejumlah lagu, menurutnya, juga lahir dari kondisi yang dialami klub Arema saat itu. Bahkan, naik turunnya harga tiket juga sempat melahirkan lagu teriakan para suporter.

Meskipun sebagian besar lagu adalah gubahan dari lagu band Indonesia hingga mancanegara yang lebih dahulu tenar.  "Tidak semua lagu bisa dinyanyikan sekarang, ada banyak lagu yang tidak muncul karena jamannya sudah beda.Sayang kalau harus hilang dan tidak terdokumentasikan,” ujar Cak No.

![vivamore="Baca Juga :"]

Irina Blak-blakan Soal Alasan Putuskan Ronaldo

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya