Mantan Kapten Indonesia Mengenang Emas SEA Games 1991

Timnas Indonesia pada SEA Games 1991.
Sumber :
  • Google Images
VIVAbola - Indonesia akan berhadapan dengan Thailand pada laga final SEA Games 2013, sore WIB nanti. Laga tersebut merupakan pertandingan "ulangan" final SEA Games 1991 di Manila, Filipina, yang juga terakhir kalinya Indonesia meraih emas pada cabang olahraga sepakbola.
Panen Raya di Purwakarta Jelang Lebaran Dimassifkan Perkuat Ketahanan Pangan

Saat itu, laga Indonesia versus Thailand bermain tanpa gol selama 90 menit hingga ekstra time, sehingga mesti dilanjutkan lewat drama adu penalti. Indonesia pun akhirnya menang 4-3, dan meraih medali emas kedua sepanjang keikutsertaan sepakbola di ajang SEA Games. 
Mengungkap Makna Simbol Telur Paskah, Lebih dari Sekadar Telur

Libero sekaligus kapten Indonesia pada SEA Games 1991, Ferril Raymond Hattu mengenang bagaimana timnya berhasil mengalahkan Thailand. Ferril mengatakan dirinya benar-benar puas mengalahkan Thailand yang lebih diunggulkan --setelah menembus semifinal Asian Games 1990. 
Joint Operation Bea Cukai dan Polri Gagalkan Peredaran Kokain Cair dan Serbuk MDMA

"Saat itu kami senang luar biasa. Semua usaha yang sudah kami lakukan terbayar lunas dengan medali emas SEA Games," kenang Ferril, yang saat itu menjadi eksekutor pertama dalam drama adu penalti, ketika dihubungi VIVAbola.

"Apalagi, saat itu Thailand benar-benar diunggulkan. Mereka favorit juara, karena mereka sebelumnya masuk 4 besar Asia (Asian Games 1990). Sementara Indonesia tak diunggulkan, bahkan di dalam negeri sendiri pesimistis kita bakal menang," sambungnya.

Ferril juga mengungkapkan bahwa metode latihan yang diterapkan pelatih Indonesia saat itu, Anatoli Polosin memiliki peran penting dalam membawa timnya juara. Menurutnya, apa yang diberikan Polosin saat latihan membuat Indonesia mampu meladeni permainan cepat Thailand. 

"Salah satu (kunci kemenangan Indonesia mengalahkan Thailand) adalah karena pola latihan pelatih Anatoli Polosin, yang benar-benar menitikberatkan pada fisik. Sangat-sangat berat, bahkan ada beberapa pemain yang melarikan diri karena tidak kuat," ujar Ferril.

"Saat itu, Polosin memiliki pemahaman, hal utama dalam bertanding itu adalah stamina. Jika stamina kuat, mau main dengan cara apapun, skema apapun, pasti bisa,"  sambung mantan pemain Persebaya tersebut.

Ferril juga berkomentar tentang peluang Timnas U-23 Indonesia asuhan Rahmad Darmawan untuk mengulang prestasi pada SEA Games 1991. Menurutnya, mengingat ini laga pamungkas, Manahati Lestusen dan kawan-kawan mesti bermain total dan mengandalkan kolektivitas. 

"Dengan kekalahan pada babak penyisihan, Indonesia seharusnya bisa bermain 'nothing to lose'. Selain itu, ini adalah laga final, harus ada 'extra effort' dari para pemain. Permainan pun harus kolektif, tak boleh mengandalkan individu," tutur pria asli Saparua, Maluku tersebut. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya