Sepakbola Papua Nugini di Tengah Hagemoni Rugby

Timnas Papua Nugini
Sumber :
  • wikipedia

VIVAbola - Tidak seperti kebanyakan negara di belahan dunia yang menjadikan sepakbola sebagai olahraga populer, masyarakat Papua Nugini justru menjadikan rugby sebagai olahraga favorit.

Olahraga yang mengandalkan kekuatan tangan itu diperkenalkan tentara Australia pada 1930 dan semakin populer setelah perang dunia ke-2. Indikasi ini terlihat saat Liga rugby di Papua Nugini mulai digulirkan pada 1949. Jadi, tidak heran bila rugby lebih 'mengakar' di Papua Nugini dibanding sepakbola.

Federasi sepakbola Papua Nugini baru berdiri pada 1962. Kemudian, pada 1963, Papua Nugini bergabung sebagai anggota FIFA. Tiga tahun setelahnya, Papua Nugini menjadi penggagas zona Konfederasi Oseania (OFC) bersama Fiji, Selandia Baru dan Australia. Namun perkembangan sepakbola Papua Nugini jalan ditempat.

Papua Nugini sendiri baru menjalani pertandingan kompetitif pertama pada 26 Februari  1980 di ajang Piala Oseania. Melihat catatan pertandingan, Papua Nugini baru menjalani pertandingan yang relatif sedikit.  Sebagai contoh, antara tahun 2004 sampai 2011, timnas mereka hanya bermain di satu pertandingan.

Pada 2009, Wakil Presiden FIFA, Jack Warner turun tangan meminta bantuan Selandia Baru untuk membantu sepakbola Papua Nugini. Sejak saat itu, sepakbola Papua Nugini terus berbenah. Pada 2011, Papua Nugini sempat meraih kemenangan dengan skor besar 17-1 saat menghadapi Kiribati di ajang Piala Pasifik.

Manager sepakbola Tim Papua Nugini, David John Brand mengakui perkembangan sepakbola di Papua Nugini terhitung lambat tidak seperti di Indonesia. Menurut Brand, kualitas lapangan di Indonesia jauh lebih baik dari Papua Nugini. Pertama kali menjejakkan kaki di Indonesia, Brand cukup terkesan dengan perkembangan sepakbola di sini. Terutama fasilitas stadion yang jauh lebih memadai.

"Kualitas lapangan C jauh lebih bagus dari yang ada di Papua Nugini. Di Indonesia lapangan latihan memiliki lampu stadion. Di Papua Nugini, banyak lapangan tidak memiliki lampu," kata Brand saat berbincang dengan VIVAbola.

"Jadi seringkali banyak pertandingan di Liga lokal tidak dimainkan pada malam hari karena keterbatasan lampu stadion," sambung Brand.

Brand sendiri mengungkapkan, sebenarnya, Papua Nugini tidak kekurangan talenta dalam sepakbola. Namun, minimnya perhatian pemerintah setempat membuat talenta sepakbola tidak mampu berkembang optimal. Berbanding terbalik dengan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua di mana banyak talenta tersembunyi.

Brand juga mengakui, minimnya dukungan pemerintah menjadi alasan utama, sepakbola Papua Nugini belum bisa berkembang. "Sepakbola memang digemari oleh masyarakat, namun media dan pemerintah lebih mendukung rugby," sambung pria berkebangsaan Inggris tersebut.

Pria tambun tersebut mengakui, biaya operasional memberangkatkan skuad untuk bertanding melawan tim dari kawasan Oseania saja sangat mahal. Perjalanan harus ditempuh melalui jalur udara untuk mencapai negara kecil di Oseania yang berbentuk kepulauan kecil.

"Perkembangan sepakbola di Papua Nugini sangat lambat. Untuk melakukan pertandingan dengan negara Oseania saja sangat mahal, karena kami harus terbang ke berbagai negara di Oseania yang berbentuk kepulauan. Selain mahal, perjalanan juga memakan waktu panjang," papar Brand.

Lama Menghilang, Mahluk Langka Ini Muncul di Papua Nugini

Sementara itu, pelatih Timnas U-23 Papua Nugini, Bob Morris mengatakan target jangka panjang Papua Nugini saat ini adalah mempersiapkan skuad untuk tampil di Piala Pasifik pada 2015 mendatang.

"22 Pemain yang kami ke Indonesia untuk mengikuti turnamen mini di Jakarta akan kami persiapan ke Piala Pasifik tahun depan, itu menjadi target utama kami," jelas Morris.

Dikalahkan Laos, PNG Petik Pelajaran Berharga di Turnamen Mini
Sandera WNI Dibebaskan

Kapolri Minta Penyandera Dua WNI Diperiksa di Indonesia

Salah seorang pelaku adalah DPO Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
25 September 2015