Furoshiki, Bingkisan Manis ala Negara Sakura

furoshiki
Sumber :
  • Janice Cookies

VIVAlife - Setelah dibuka, kemasan parcel biasanya dibuang begitu saja. Tapi tidak dengan kemasan parcel ala Jepang, furoshiki. Kainnya bisa digunakan kembali menjadi taplak meja, kerudung atau scarf. Furoshiki merupakan teknik membungkus bingkisan tradisional Jepang yang telah ada sejak 1600-an.

Awalnya, seperti dikutip dari situs Japan Foundation, furoshiki digunakan di rumah pemandian umum, sebagai kain pembuntal pakaian dan perlengkapan mandi. Penggunaan furoshiki sebagai kain pembungkus pun tersebar dan berkembang.

Pada perkembangannya, furoshiki di Jepang juga digunakan dalam acara pernikahan sebagai pembuntal seserahan. Kain yang digunakan umumnya bermotif burung bangau, kipas, pohon cemara dan ombak. Motif tersebut dipercaya akan membawa berkah dan kebahagiaan bagi penggunanya.

Petinggi Gerindra: Kemungkinan Pengajuan Hak Angket DPR Hanya 3 Persen

Sekarang, penggunaan furoshiki untuk membuntal barang bawaan kembali dihidupkan sebagai gerakan untuk menjaga lingkungan sekaligus pengkajian kembali budaya tradisional Jepang. Sejumlah cara penggunaan yang inovatif pun bermunculan.

Furoshiki jadi lebih digemari dan semakin sering digunakan misalnya sebagai tas, sebagai pembungkus kado dan dekorasi interior. Menatanya cukup mudah. Kain segi empat dilipat dan digulung dengan teknik khusus. Ditambahkan gagang kayu, furoshiki pun siap dibawa.

furoshiki

Widodo Beri Motivasi Pemain Arema FC Usai Takluk Dari Persebaya

Di Indonesia banyak juga yang tertarik membuat kemasan furoshiki ini. Salah satunya, Evie Moeljo, pemilik Janice Cookies di Bintaro Jaya Sektor 3a. Ia kepincut dengan teknik membungkus khas negeri Sakura ini. Sebagai pemilik kedai kue, Evie tertarik mempelajari Furoshiki agar bisa membungkus kue-kue buatannya jadi berbeda.

"Masyarakat Jepang membawa bingkisan Furoshiki biasanya saat acara-acara penting seperti lamaran, pernikahan dan kelahiran anak. Setiap motif kain yang digunakan sebagai kemasan memiliki arti khusus," ujar Evie, kepada VIVAlife.

Evi mulai mengemas kue-kue buatannya menjadi parcel Furoshiki sejak 2009. Ia mengaku tertarik pada kemasan Furoshiki ketika melihatnya di sebuah workshop. Wanita berkacamata ini kemudian mulai mencari-cari info mengenai Furoshiki di internet dan pada teman-teman perkumpulan Ikebana yang memang kebanyakan orang-orang Jepang.

Setelah cukup andal membuat kemasan furoshiki ia pun mulai mengemas kuenya sendiri dengan teknik tersebut. Tak perlu memakan waktu lama. Cukup 10 menit saja. Bingkisan khas Jepang ini sebenarnya cukup mudah dibuat dan Evi pun mulai mengajarkan pada para pegawainya.

"Memang ada teknik-teknik tertentu yang harus dikuasai agar parcel Furoshiki menjadi benar-benar rapi dan cantik," ujarnya.

Sebelum kue dikemas, pelanggan bisa memilih dulu kainnya. Bentuk kemasan juga bisa disesuikan dengan selera. Untuk yang kecil akan dibuat semacam kotak berpita atau tumpukan toples bisa dibentuk tas jinjing. Kotak kue besar yang dikemas dengan kain lebar bisa dibentuk juga seperti tas punggung.

Harga untuk kemasan parcel furoshiki ini beragam. Mulai dari Rp150 ribu hingga Rp1.500.000. Sampai saat ini, hanya Evie yang membuat parcel furoshiki di Indonesia. Tertarik belajar mengemas parcel ala Jepang?

Komet.

Komet Setan Muncul Jelang Idul Fitri

Komet Setan atau Devil Comet akan melewati Bumi bersamaan dengan Gerhana Matahari Total (GMT) pada 8 April 2024, atau menjelang Hari Raya Idul Fitri.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024