Tahiti, Tim Paling Bobrok yang Memikat Dunia

Para pemain Tahiti membentangkan spanduk di Piala Konfederasi 2013
Sumber :
  • REUTERS/Ivan Alvarado
VIVAbola
Ketika Perhatian Dunia Tertuju pada Tahiti
- Perjalanan tim nasional Tahiti di Piala Konfedrasi 2013 memang jauh dari cemerlang. Namun, ada hal lain yang diberikan oleh negara kepulauan itu selama turnamen bergengsi di Brasil digelar.

FOTO: Uruguay Hancurkan Tahiti 8-0

Jika menilai dari segi performa, tim berjuluk
Dulu Pemandu Wisata Fernando Torres, Kini Jadi Pemain Tahiti
Toa Aito itu gagal bersaing dengan negara lainnya di Grup B, yaitu sang juara dunia Spanyol, juara Copa America Uruguay dan juara Afrika Nigeria.


Hanya memiliki satu pemain yang tampil di level profesional, Tahiti gagal total di tiga laga. Dihancurkan 1-6 oleh Nigeria di laga pembuka, lalu dipermalukan 0-10 dan 0-8 oleh Spanyol dan Uruguay.


Selisih gol yang diraih tim asukan Eddy Etaeta itu pun tercatat menjadi yang terburuk sepanjang sejarah kompetisi besar. 24 kali kebobolan dengan hanya satu gol saja membuat Tahiti jadi tim paling "bobrok".


Tapi ada pelajaran penting yang dipetik oleh seluruh pecinta sepakbola dunia. Permainan ngotot, tak kenal lelah mengincar gol, dan habis-habisan dalam bertahan membuat banyak orang menaruh hormat pada juara Oseania tersebut.


Hampir diseluruh laga, publik yang memadati stadion selalu memberikan dukungan pada Tahiti baik dengan sorak-sorai maupun tepuk tangan. Nada kekecewaan juga kerap terdengar saat pilar-pilar
Toa Aito
gagal mencetak gol.


Sambutan hangat publik Brasil sangat dirasakan oleh Tahiti, yang notabene anak baru di kompetisi kelas dunia seperti ini. Hal itu dibalas dengan permainan tak kenal lelah di lapangan.


Satu hal lagi dilakukan pemain-pemain Tahiti untuk membalas kebaikan publik "Negeri Samba". Dan kali ini cukup unik.


Usai menjalani laga terakhir melawan Uruguay, Senin dini hari WIB 24 Juni 2013, para pemain membentangkan spanduk besar bertuliskan "Obrigado Brasil" atau yang berarti terima kasih Brasil.


Hal itu langsung dibalas sambutan meriah dari 22.047 suporter yang memadati seluruh sudut Arena Pernambuco yang terletak di provinsi Recife, yang tak henti-henti memberikan dukungan selama 90 menit laga.


Permainan bak gladiator yang ditunjukan Tahiti patut menjadi contoh untuk tim besar agar tidak menyerah sebelum peluit panjang. Meski gagal membuat banyak peluang, sikap itu selalu terlihat dalam pemainan Tahiti.


Sekarang kiprah Tahiti sudah terhenti di Piala Konfederasi 2013. Tapi permainan dari para pemain amatir ini akan selalu memberikan contoh positif untuk tim-tim profesional di seluruh belahan dunia. Obrigado Tahiti!
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya