Alasan Ilmiah Balotelli Tidak Pernah Gagal Mengeksekusi Penalti

Mario Balotelli rayakan gol ke gawang Udinese
Sumber :
  • REUTERS/Giorgio Perottino
VIVAbola
Gelandang Madrid Jadi Target Utama Proyek Irit Milan
- Mario Balotelli meraih debut manis bersama AC Milan akhir pekan lalu. Striker yang baru dibeli dari Manchester City itu pada akhir Januari lalu memborong dua gol kemenangan Milan atas Udinese. Laga itu sendiri berakhir dengan skor 2-1.

Dua Gol Oscar ke Gawang Milan Bikin Conte Tersenyum

Gol kedua Balotelli dicetak lewat titik putih. Gol tersebut menjaga rekor sempurna striker internasional Italia itu dalam urusan penalti. Sepanjang kariernya, dia sukses mengeksekusi seluruh tugas penalti yang diberikan kepadanya sebanyak 17 kali. 
Eks Striker Milan dan Juve Berlabuh di Tim Promosi Serie A


Seluruh penalti tersebut (6-Inter, 9-ManCity, 1-Milan, 1-Italia) dicetaknya dalam situasi yang berbeda-beda. Laga penentuan atau bukan, awal pertandingan atau akhir pertandingan. Seluruh tugas penalti yang diberikan kepadanya mampu dia selesaikan dengan baik.


Balotelli mengungkapkan suksesnya tersebut bukan sesuatu yang kebetulan maupun sebuah keberuntungan. Pemain 22 tahun itu memaparkan jika penalti adalah bagaimana memenangkan permainan pikiran antara sang eksekutor dan kiper.


"Itu seperti sebuah permainan pikiran antara saya dan kiper. Saya tahu bagaimana mengontrol pikiran saya. Ketika kiper bergerak sebelum saya menendang, itu berarti dia telah kalah dalam permainan pikiran," kata Balotelli seperti dilansir Daily Mail.


Tiga Aspek Utama


Sementara itu, Ahli Psikologi dan Olahraga Universitas Middlesex, Dr Rhonda Cohen mengatakan, dalam kajian psikologi, ada tiga aspek utama mengapa seseorang sukses mengeksekusi penalti, seperti yang dilakukan oleh Balotelli.


"Kami menyebutnya sebagai A (action) untuk beraksi atau menunggu, C (consequence) untuk konsekuensi atau hasil. Dan B (belief) adalah keyakinan dan pikiran yang tecipta di antara aksi dan konsekuensi. Apa yang dipikirkan penendang dan kiper sangat penting dan vital," katanya.


"Pikiran, keyakinan dan emosi bisa menjadi gangguan atau bahkan tekanan yang merusak pergerakan. Pemain yang secara psikologis sudah siap, memiliki peluang besar untuk berhasil dalam melakukan eksekusi penalti," lanjutnya.


Oleh karenanya, Cohen menambahkan banyak pelatih yang meminta pemain untuk berlatih menendang penalti di hadapan penonton untuk terbiasa menghadapi tekanan. Meski dia juga menyadari jika tekanan intensif bisa menyulitkan. Bahkan bagi pemain berpengalaman sekalipun untuk konsisten.


"Jika strategi mengontrol pikiran dengan menonton gerakan kiper lawan berhasil untuk Balotelli, itu berarti sudah menjadi teknik psikologis yang nyata dan berguna baginya. Setiap pemain memang memiliki strategi masing-masing," terangnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya