Deportivo Indonesia, Tak Sekedar Pemusatan Latihan

Deportivo Indonesia
Sumber :
  • SAD Indonesia

VIVAbola - Sociedad Anónima Deportiva (SAD) Indonesia merupakan salah satu wadah bagi para talenta muda dalam menempa diri menjadi pemain profesional. Program yang digelar di Uruguay tersebut masih bertahan hingga saat ini meski penanganannya kini tidak lagi di bawah PSSI

Dibentuk pada Agustus 2007 lalu, program ini masih bertahan hingga saat ini. Beberapa jebolan SAD mulai meniti karir di klub-klub yang berada di luar negeri. Sebut saja empat darah muda Indonesia, Syamsir Alam, Alfin Ismail Tuasalamony, Yandi Munawar, dan Yericho Christiantoko yang kini membela klub Divisi II Belgia, CS Vise. Masih ada 3 pemain lagi, yakni Abdul Rahman Lestaluhu, Manahati, dan Zainal Haq yang kini berkostum Atletico Penarol.

"Tahun ini juga sebenarnya ada dua pemain yang sempat menjalani latihan selama 4 bulan di Universidad de Concepción (Cile). Namun ternyata belum cocok sehingga mereka harus kembali lagi," kata Project Manager SAD Indonesia, Demis A Djamaoeddin belum lama ini. "Kami berharap ke depannya semakin banyak lagi yang mampu bermain di luar negeri."

Langkah Tegas PSSI Basmi Sepakbola Gajah di Liga 3

Dalam perbincangan dengan VIVAbola, beberapa waktu lalu, Demis menjelaskan bahwa program SAD Indonesia bergulir pada Agustus 2007. Awalnya, program pembinaan usia muda ini berada di bawah PSSI. Namun seiring perjalanan waktu, SAD yang juga telah berubah nama menjadi Deportivo Indonesia kini dikelola oleh perusahaan Pelita Jaya Cronus.

"Perubahan nama dilakukan pada tahun ini (2012). Perubahan nama ini lebih kepada masalah tertib administrasi saja. SAD itu kalau di sini itu merupakan sebutan bagi PT. Karena itu lucu kalau pakai tim dengan nama SAD, makanya kami ubah pada 2012 menjadi Deportivo Indonesia."

Menurut Demis, pemain yang terpilih untuk mengikuti program ini merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh pelatih kepala asal Uruguay, Cesar Payovich. Dia dibantu oleh dua asistennya, Wilson Espina, dan Jorge Anania.

"Seleksi pertama dilakukan pada November-Desember 2007. Terpilih 25 yang berangkat awal Februari 2008 untuk bermain dan berlatih di kompetisi resmi Uruguay," kata Demis.  "Saat itu para pemain yang terpilih baru berusia di kisaran antara 15 hingga 16 tahun," beber Demis.  

Pemain Keturunan Bisa Bela Timnas U-19 di Piala Dunia U-20, Siapa Dia?

SAD Indonesia awalnya masih menjadi bagian dari pembinaan usia muda PSSI. Menurut Demis, PSSI memilih Uruguay karena di Indonesia belum siap dalam berbagai hal. Tujuan program ini adalah pemain yang siap bermain di level internasional untuk pada akhirnya mereka bermain di tim nasional.

"Kenapa Uruguay? Karena dari semua proposal yang kami layangkan, hanya negara ini yang mau menyambutnya dengan tangan terbuka. Di Uruguay, para pemain juga tidak hanya sekedar ikut latihan saja, namun mereka juga ikut berkompetisi. Ini penting bagi mereka," beber Demis.

Gelombang pertama yang bertolak ke Uruguay selanjutnya tampil di Liga Uruguay U-17 (Quinta Division). Setelah sepuluh bulan berlatih dan berkompetisi, para pemain kemudian diberi waktu kembali ke Indonesia.

Indra Sjafri Disuruh Iwan Bule Jujur Soal PSSI, Jawabannya Mengejutkan

"Saat itu ada dua tahap yang dilakukan," jelas Demis. "Pertama adalah evaluasi bagi pemain tahun bersangkutan dan kedua adalah seleksi pemain baru. Yang lolos evaluasi akan kembali ke Uruguay sedangkan yang gagal akan digantikan pemain hasil seleksi," sambung pria berkepala plontos itu.

Proses evaluasi dan seleksi terus dilakukan setiap tahun. Pada 2010, SAD Indonesia terbagi dalam dua tim, yakni U-17 dan U-19. Pemain-pemain yang masuk dalam gelombang pertama bermain di tim U-19 dan kekosongan di tim U-17 selanjutnya dihuni oleh pemain-pemain baru.

"Tahun ini kami masuk gelombang kedua. Pemain yang saat ini ada di Uruguay rata-rata pemain kelahiran 1994. Kami sudah melihat ada beberapa yang potensial," kata Demis.

"Dua pemain kelahiran 1993 juga masih berada di Uruguay untuk menyelesaikan pendidikannya. Ini tahun terakhir mereka di sana. Novri Setiawan dan Vava Mario Yagalo masih bermain atas nama tim Deportivo Indonesia," sambung Demis.

Pabrik Pemain
Demis juga menjelaskan bahwa program SAD ibarat pabrik pemain bagi klub-klub, utamanya yang tergabung di bawah Pelita Jaya Cronus. Mereka adalah Pelita Jaya, CS Vise, dan Brisbane Roar. "Kalau tim-tim ini membutuhkan pemain, mereka bisa mengirimkan orang untuk melihat pemain mana yang kira-kira yang cocok. Itu sebabnya sejak awal kami berusaha membentuk individu pemain agar fit ke tim manapun," katanya.

Hingga saat ini, setidaknya ada empat pemain yang bergabung dengan CS Vise. Mereka adalah Syamsir Alam, Alfin Ismail Tuasalamony, Yandi Munawar, dan Yericho Christiantoko. Sedangkan tiga pemain kini bergabung dengan klub Atletico Penarol, yakni Abdul Rahman Lestaluhu, Manahati Lestusen, dan Zainal Haq. Selain memperkuat tim luar, sebagian jebolan SAD juga mulai menjajal kompetisi domestik. Sebut saja, Alan Martha yang kini bergabung dengan Persija Jakarta atau Dimas Galih Pratama yang memperkuat tim asal Jatim, Persebaya 1927.

Pemain-pemain dari angkatan 2008 juga pernah mengemban tugas negara untuk tampil pada Kualifikasi Piala Asia U-19 di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Jawa Barat, November 2009. Sayang dalam event ini, Indonesia gagal lolos ke babak utama karena hanya menempati urutan ketiga dari hasil 2 kali menang, 1 kali seri, dan 2 kali kalah.

"Pertengahan September nanti, tim Deportivo akan berangkat uji coba ke Costa Rica. Biasanya kami berangkat ke Cile. Kenapa kami pilih di Costa Rica? Itu karena kami ingin membuka pintu kepada pemain Indonesia. Siapa tahu di sana ada klub yang tertarik," beber Demis.

Meski ditempa menjadi pemain profesional, para pemain tidak lantas meninggalkan pendidikan formalnya. Sebaliknya, manajamen SAD telah bekerjasama dengan sekolah atlet Ragunan. Selama di Uruguay, para pemain juga mendapat kesempatan untuk kursus bahasa dan komputer.

"Masuknya tiga kali seminggu. Untuk pendidikan, kami bekerjasama dengan sekolah Ragunan. Anak-anak SMP dan SMA setiap tahun kami kirimi guru dari Ragunan untuk ujian. Kenaikan kelas dan rapot para pemain serta ijazah kelulusan, semuanya dari Ragunan," kata Demis.

"Kendala yang masih kami hadapi adalah terkait mental pemain untuk lepas dari kelompoknya. Kita itu kadang seperti jago kandang. Beraninya kalau kita berdekatan. Namun ini normal dan dialami juga oleh anak-anak dari belahan dunia manapun," sambung Demis.

Deportivo Indonesia
Komposisi U-19
Kiper: Achmad Risky Kurniawan, Teja Paku Alam
Belakang: Arief Gangsar Patar, Wanda Syahputra, Eggi Hadyatmiko, Indra Permana, Rudolof Yanto Basna, Muhammad Ridwan 
Gelandang: Vava Mario Yagalo, Aria Rusandy Yudha, Novri Setiawan, Antoni Putro Nugroho, Hendriko Kiko Masko Kiwak, Ricki Bardes Leurima, Wawan Pebriyanto, Rifan Nahumarury
Depan : Hadi Wibowo, Haris Tuharea, Andi Muhammad Nur Al Bisry

Komposisi U-17
Kiper: Dikri Yusron Afafa, Muhammad Reza Pratama, Awan Setho Raharjo
Belakang: Hansamu Yama Pranata, Firmansyah Priyatna, Rico Andriyanta, Mochamad Junda Irawan, Mahdi Fahri Albaar, Bagas Adi Nugroho, Rizky Syawaludin
Gelandang: Ryuji Utomo Prabowo, Maldini, Vicky Melano, Irvan Ibrahim Yanes, Tedi, Untung Wibowo, Zalnando
Depan: Angga Febryanto Putra, Dinan Yahdian Javier, Yogi Rahadian, Terence Owang Priska Puhiri (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya