VIVAnews - Pemerintah mengklaim, produk Indonesia tak akan seluruhnya terimbas derasnya impor produk China yang murah, melalui implementasi FTA Asean-China.
Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami mengaku, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ekonom Faisal Basri, produk Indonesia yang langsung bersaing (head to head) dengan produk China hanya sekitar 26 persen.
"Jadi produk kita yang head to head dengan China cuma sedikit. Kalau menurut penelitian Faisal Basri hanya 26 persen. Jadi tidak benar kalau semuanya bakal terimbas," kata Gusmardi di sela-sela International Trade Forum ke-6 di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis, 18 Maret 2010.
Sementara, dominan produk yang head to head dengan Indonesia, menurut penelitian tersebut diantaranya Malaysia (90 persen), Thailand (80 persen), dan Filipina (70 persen).
"Memang FTA Asean-China menjadi hot topic dan penuh kontroversi. Mungkin bisa diambil hikmah dan mungkin kita bisa tarik investasi dari China untuk membuka lapangan kerja baru di Indonesia," ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Faisal Basri sempat menekankan agar Indonesia tidak perlu takut menghadapi China. Sebab, produk Indonesia yang terimbas oleh barang China cuma sedikit. "FTA dengan China malah untungkan Indonesia," ujar Faisal kepada VIVAnews beberapa hari lalu.
Gusmardi menjelaskan, era globalisasi tidak bisa menghindarkan Indonesia dari liberalisasi perdagangan. Dia menyebut, hingga saat ini, setidaknya telah terbentuk sebanyak 400 perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) di seluruh dunia.
"Liberalisasi perdagangan tidak bisa dihindari dan harus dijalankan sebagai konsekuensi. Indonesia yang berperan aktif di forum global, perlu membenahi diri agar bisa menjadikan produk Indonesia unggul di pasar domestik," katanya.
Menurutnya, Indonesia perlu terlibat dalam perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain, di samping karena pertimbangan liberalisasi, juga karena adanya hambatan non tarif.
Dalam hal ini, Indonesia perlu mengikat kerjasama dengan negara yang menerapkan hambatan non tarif berupa proteksi untuk mengurangi bentuk proteksi tersebut dalam perdagangan antar negara.
Dia menjelaskan, selepas dengan China, Asean tengah menjajaki untuk membentuk FTA dengan Uni Eropa. Kelompok studi kerja (working study group) telah dibentuk bersama dengan Europe Unior Free Trade Association.
Selain itu, dia menambahkan, tengah dilakukan studi bersama (joint study group) dengan Chilli dan Tunisia sebagai dasar untuk membentuk FTA atau PTA (preferential trade agreement).
VIVA.co.id
21 Mei 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Nokia Lumia Bangkit Lagi! HMD Bocorkan Lumia Terbaru dengan Kamera 108 MP PureView
Gadget
7 menit lalu
Nokia Lumia, ponsel legendaris dengan desain khas, dikabarkan akan hadir kembali. HMD Global, pemegang lisensi Nokia, akan membangkitkan kembali seri Lumia.
Aplikasi DANA akan memberikan saldo DANA gratis bagi anda yang beruntung hari ini, Selasa 21 Mei 2024. Dengan hanya menyiapkan HP dan paket internet, anda akan mendapatka
Kabar gembira untuk pengguna baru Neobank. Pasalnya, dompet digital yakni DANA kini memberikan saldo gratis untuk pengguna aplikasi Neobank. Sebagai salah satu platform
Habib Bahar sempat terlibat perselisihan dengan keturunan Wali Songo. Ia bahkan sampai mendapat teguran dari Pangeran Heru Rusyamsi Arianatereja atau Pangeran Kuda Putih
Selengkapnya
Isu Terkini